24 • Stay Close

2.2K 441 56
                                    

Halo!

Happy reading!✨

---

Guru yang mengajar di kelas Saga baru mengakhiri pelajarannya beberapa menit setelah bel pulang sekolah berbunyi. Hampir semua murid di kelas langsung membereskan barang-barang mereka dan bersiap untuk pulang, hanya ada beberapa anak yang harus tinggal sedikit lebih lama karena mendapat giliran untuk piket atau karena masih sibuk menyalin materi di papan ke dalam buku mereka dengan sedikit terburu-buru.

"Jadi rencananya kapan?"

Saga yang sedang membereskan barang-barang miliknya langsung mengangkat wajah dengan ekspresi mengernyit begitu mendengar pertanyaan Lano. "Kapan apanya?"

Lano memutar bola matanya jengah. "Lo mau nembak Key. Dan jangan coba-coba bilang ke gue kalau lo nggak suka sama dia, karena orang buta juga tau kalau ada sesuatu di antara kalian."

Saga mendelik mendengar kalimat Lano yang menurutnya terlalu berlebihan itu. "Lo sendiri mau nembak Kila kapan?"

"Nggak usah mengalihkan pembicaraan," Lano menukas sewot. "Lagipula gue dan lo itu beda. Gue nggak pernah membohongi diri gue sendiri dengan bilang gue nggak sayang Kila. I do love her, i admit it. Sedangkan lo? Lo bahkan nggak mau mengakui itu ke diri lo sendiri."

"You just answered your own question, then." Saga menyahut begitu. Ia menatap Key yang masih sibuk menyalin materi di papan tulis ke dalam buku catatannya sejenak, lalu kembali menatap Lano. "Gue dan lo berbeda. Semuanya nggak bisa semudah itu untuk gue."

Belum sempat Lano membalas, Saga sudah lebih dahulu menunjuk ke arah pintu kelas dengan dagunya, membuat Lano berbalik, mendapati Kila yang sudah menunggunya di ambang pintu. "Udah ditungguin, tuh."

Lano tahu bahwa Saga hanya tidak ingin membahasnya lebih lanjut, membuatnya memilih untuk tidak lagi berdebat dengan pemuda itu. "Jangan nyesel aja kalo udah ketikung," tukas Lano sebelum kemudian menyusul Kila yang langsung tersenyum begitu Lano berdiri di hadapannya.

Lano dan kata-katanya yang selalu berhasil menganggu pikiran Saga. Obrolan singkat mereka barusan berhasil mengusik Saga meskipun ia sudah berusaha keras untuk mengabaikannya. Disaat-saat seperti ini, Saga rasanya harus berusaha kuat menahan dirinya untuk tidak menghajar cowok itu.

Kelas sudah berangsur sepi ketika Kavin yang seharian ini tidak terlihat ditempatnya masuk dan langsung menuju ke bangkunya. Key yang baru akan membereskan barang-barangnya tampak terkejut, namun perhatiannya kembali teralih oleh lebam di wajah Kavin yang tampaknya sudah diobati cowok itu.

Kavin tidak mengatakan apa-apa, hanya meraih meraih tas miliknya yang berada di atas meja lalu segera beranjak keluar dari kelas. Key menghembuskan nafas perlahan, memilih untuk menyampirkan tas miliknya di bahu sebelum menghampiri Saga.

"Lo nemuin Kavin pas jam matematika tadi?" Mendengar pertanyaan Saga begitu keduanya berjalan menyusuri koridor membuat Key langsung menoleh. Ekspresi cowok itu tidak berubah. Ia hanya menatap lurus ke depan dengan raut dingin seperti biasa.

"Maaf." Key berkata begitu, berhasil membuat Saga menoleh dan menatapnya. "Aku tau kamu udah minta aku untuk nggak berurusan sama dia—"

"No, don't be sorry." Saga menyela. "Gue nggak seharusnya mengatur hidup lo sesuai dengan keinginan gue. Lo punya hak untuk berteman dengan siapapun, dan gue nggak bisa melarangnya."

Saga menghembuskan nafas pelan sebelum kemudian berkata dengan pelan. "But please, just... Stay close." Saga diam sejenak. " Stay close to me, so i can keep you safe."

Key bisa merasakan bagaimana jantungnya yang berdebar dua kali lebih cepat daripada biasanya, juga rasa hangat yang tiba-tiba saja menyebar di pipinya. "Ka-kamu nggak perlu nggak perlu ngelakuin itu semua. Aku tau kamu udah janji sama Bunda untuk ngejagain aku, tapi—"

Lacuna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang