11 • Safe Now

2.9K 531 19
                                    

Halo!🙆

Masih ada yang menunggu cerita ini?

Happy reading!✨

---

Saga duduk di sisi kasurnya setelah selesai berganti baju usai mandi. Dia menyisir rambutnya yang masih lembab menggunakan jemarinya. Kejadian di kantin saat jam makan siang tadi terus-menerus mengganggu pikirannya tanpa berhenti sekali pun.

I win. Again.

Tiga kata Kavin itu hampir membuat Saga hilang kendali jika saja ia tidak mengingat suara kecewa Bunda saat menelponnya waktu itu, ketika pihak sekolah memberitahu wanita itu perihal perkelahiannya dengan Kavin. Saga tidak lagi ingin membuat Bunda kecewa seperti itu, oleh karenanya, sekuat mungkin ia berusaha menahan keinginan untuk menghajar Kavin seperti yang pernah ia lakukan beberapa waktu lalu, ah, juga setahun lalu.

Selain itu, apa yang mengganggu pikirannya sekarang adalah kejadian barusan, saat Key mengajaknya untuk makan malam. Saga menjawab, "Gue udah makan," dengan intonasi yang tergolong ketus sebelum merapatkan pintunya kembali. Saga sama sekali tidak berniat untuk berbicara dengan nada sekasar itu pada Key. Dan jujur, sekarang ada sedikit rasa bersalah yang menempati benaknya.

Saga beranjak dari kasurnya, keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju ke lantai satu. Dia menghentikan langkahnya di ruang makan dan berharap akan menemukan Key disana, namun justru yang ia temukan hanyalah ruang makan yang sudah kosong.

Ia baru akan kembali ke kamarnya jika saja matanya tidak menangkap sosok Key yang duduk di atas ayunan yang ada di kebun belakang Bunda. Cahaya temaram dari lampu taman yang ada di halaman belakang membuat Saga bisa melihat wajah Key yang sedang termenung.

Saga memutuskan untuk menghampirinya. Key tersentak kaget begitu mendengar bunyi pintu yang digeser oleh Saga. Ada rasa terkejut yang semula melintasi wajah Key, namun sejenak kemudian, dia tersenyum.

Saga mengambil langkah untuk mendekati Key yang masih duduk di ayunan yang bergerak dengan pelan. Cowok itu baru saja akan membuka mulutnya untuk membahas soal kejadian siang tadi, kalau saja dia tidak menemukan sebentuk rasa sendu di dalam mata Key yang tidak dapat gadis itu sembunyikan.

Dia terlihat begitu... Sedih.

Namun kontras dengan rasa sedih di sorot matanya, Key justru memasang raut ceria di wajahnya. Kedua sudut bibirnya terangkat ke atas, seakan tidak terjadi apa-apa. Seakan ia ingin memberitahu Saga bahwa ia baik-baik saja.

"Ada apa?"

Saga tidak menjawab, tak bersuara sedikitpun di tempatnya berdiri.

Walau ada sebersit rasa ragu yang melingkupinya, Key memutuskan untuk bergeser, lalu menepuk ruang kosong di sebelahnya, mempersilahkan Saga untuk duduk disana.

Saga tidak menolak atau lebih buruknya lagi beranjak dari sana, justru menuruti Key dan duduk di sebelah gadis itu.

Beberapa menit selanjutnya hanyalah hening. Baik Saga maupun Key tidak ada yang bersuara sedikitpun. Hanya ada bunyi deritan ayunan yang bergerak perlahan, juga sesekali bunyi gemersik daun kering yang ditiup angin.

Diam-diam, Saga menoleh, menatap pada Key yang kembali termenung seperti saat Saga melihatnya tadi. Mata gadis itu menatap pada langit yang tidak begitu terang malam ini, dengan bulan sabit yang bersinar malu-malu diantara bintang yang bertebaran diatas sana. Selama ini, Saga melihat Key sebagai sosok gadis ceria yang selalu tersenyum pada siapapun, namun malam ini, Saga melihat Key sebagai sosok gadis rapuh yang membutuhkan seseorang untuk menggapainya. Entah karena Key yang baru pertama kalinya menunjukkan apa yang sebenarnya ia rasakan selama ini, atau selama ini, hanya Saga yang tidak benar-benar menyadari sebentuk luka di sorot mata gadis itu.

Lacuna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang