08 • Alasan Saga

3K 544 19
                                    

Halo!🙆

Aku berencana untuk double update, ada yang mau?

Happy reading!✨

---

Langit sudah berubah warna menjadi oranye ketika Key memasuki pekarangan rumah. Gadis itu menghembuskan nafas panjang ke udara sembari berjalan dengan langkah yang terasa berat. Perkelahian antara Kavin dan Saga yang terjadi siang tadi, juga kalimat-kalimat yang diucapkan mereka berdua masih terbayang-bayang di kepalanya hingga sekarang.

Dari apa yang mereka katakan, bisa Key tebak dengan mudah bahwa Saga dan Kavin pernah memiliki masalah dulu hingga menyebabkan mereka sangat membenci satu sama lain hingga sekarang.

Perhatiannya kemudian teralih oleh motor milik Saga yang sudah terparkir di halaman rumah. Setelah perkelahian di kantin tadi, baik Saga maupun Kavin tidak lagi muncul di kelas, bahkan hingga bel pulang sekolah berbunyi.

Key perlahan mendorong pintu yang sudah tidak lagi terkunci. Saga memang sudah menyimpan kunci cadangannya sendiri untuk berjaga-jaga jika ia pulang ke rumah terlebih dahulu daripada Key.

Key masuk ke dalam rumah yang terasa begitu lengang sebelum kemudian merapatkan pintu kembali. Dia tidak langsung melangkah menuju ke ke kamarnya yang berada di lantai dua, melainkan pergi ke dapur tempat Bunda menyimpan kotak P3K terlebih dahulu.

Setelahnya, barulah Key beranjak menuju ke lantai dua. Langkah kakinya berhenti di depan pintu kamar Saga yang tertutup rapat.

Walau sebagian dirinya merasa ragu, Key tetap mengulurkan tangannya dan mengetuk pintu dua kali. Ia baru akan kembali mengetuk ketika pintu di hadapannya itu tiba-tiba terkuak, membuat Key bisa melihat bagaimana keadaan wajah Saga yang sukses membuatnya meringis. Pelipis, sudut mata, dan ujung rahangnya yang memar, juga sudut bibirnya yang sedikit berdarah. Pemuda itu sudah menanggalkan kemeja seragamnya, meninggalkan kaus putih yang membalut tubuhnya dan celana seragamnya.

"Ada apa?" Tanya Saga, terkesan cukup dingin. Namun kali ini, Key tidak lagi terkejut dengan cara berbicara cowok itu. Dia perlahan-lahan sudah terbiasa dengan sikap Saga yang seperti ini.

"Aku obatin luka kamu, ya?" Tanya Key ragu-ragu. Matanya masih menatap luka di wajah Saga dengan sorot khawatir. Tidak terlalu parah namun tetap saja tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa diobati.

Dan tanpa Key duga, Saga tidak menolak atau bahkan lebih parahnya lagi menyuruhnya pergi, justru menyingkir dari ambang pintu, memberikan Key akses untuk masuk ke dalam kamarnya.

Dengan langkah sedikit takut, Key masuk ke dalam kamar Saga, sedangkan di belakangnya, Saga sudah menutup pintu kembali dan duduk di pinggir kasurnya.

Kamar Saga yang didominasi warna putih dan biru tua itu tertata dengan sangat rapi. Buku-buku miliknya disusun dengan teratur di dalam rak kayu tinggi yang ada di sisi ruangan. Action figure dan mainan robot milik cowok itu juga berjejer rapi di atas meja. Ada sebuah gitar yang ditaruh di sudut ruangan, tepat disebelah nakas yang berada di sisi tempat tidur. Televisi layar lebar yang sedang menyala dengan volume rendah berada di atas meja, di sisi ruangan yang berhadapan langsung dengan tempat tidur Saga. Tirai yang menutupi jendela besar di salah satu sisi ruangan dibiarkan tertutup, memberikan kesan dingin di kamar pemuda itu.

Namun, yang pertama kali menarik perhatian Key ketika memasuki kamar Saga adalah aroma parfum khas cowok itu yang langsung menyeruak memenuhi indera penciumannya ketika pertama kali menginjakkan kakinya disini.

Aroma yang juga ia hidu ketika pagi tadi duduk di motor Saga sehingga hampir tak ada jarak di antara mereka berdua.

Terasa... Menenangkan.

Lacuna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang