Halo!💓
Well, tarik nafas dulu...
Happy reading!✨
---
Mobil Kavin masih berbau sama seperti ketika pertama kali Key duduk disini. Campuran antara parfum cowok itu dan tembakau.
Melalui kaca jendela mobil, Key menatap langit sore yang terlihat begitu cantik hari ini. Entah sudah berapa lama ia memandang ke luar karena sama sekali tidak ada percakapan di antara dirinya dan Kavin.
Jalanan cukup ramai, namun tidak sampai menyebabkan macet karena belum memasuki jam pulang kantor. "Gue minta maaf kalau pertanyaan gue kemarin menganggu lo."
Key menoleh begitu Kavin pada akhirnya bersuara. Ia cukup terkejut karena Kavin baru saja meminta maaf kepadanya. "Nggak pa-pa, kok."
Kavin memang menyesal sudah menanyakan hal itu kepada Key, terutama karena pertanyaan itu membuat sesuatu terasa aneh di antara keduanya hari ini. Namun bohong jika Kavin bilang ia tidak lagi menginginkan jawaban Key atas pertanyaannya itu.
"Saga likes you." Kavin kembali berbicara. Cowok itu menoleh sesaat, menemukan rona merah yang sudah menyebar di pipi Key.
Bodoh. Seharusnya ia tidak usah menoleh.
Key tidak menjawab, hanya mengangguk pelan, membuat Kavin langsung dihantam oleh sebuah dugaan. "Oh. Kalian udah pacaran?"
Mendengar pertanyaan itu, Key menggeleng cepat. "Aku sama Saga nggak pacaran."
Ada sebuah senyum samar di wajah Kavin yang tak tertangkap oleh netra Key. "Not yet."
"Kamu udah punya pacar?" Secepat pertanyaan itu keluar dari mulut Key, secepat itu juga Key menyesalinya. Ah, ia tidak seharusnya bertanya seperti itu. Ia sama sekali tidak berhak untuk menanyakan hal-hal privasi seperti itu kepada seorang Kavindra Bagaskara.
Namun di luar dugaan Key, Kavin mengangkat salah satu sudut bibirnya. Matanya masih menatap lurus pada jalanan di depannya. "I don't do relationships, Keysha."
Key tampak terkejut. "Kamu... Nggak pacaran?"
"Gue nggak percaya sama hal-hal itu. Hubungan. Cinta. Dua orang yang berjanji nggak akan saling meninggalkan. At the end it's all just bullshit. But well, people do love bullshits."
Kavin menoleh ke arah Key yang tengah menatapnya dengan ekspresi tak terbaca. "Orang tua lo cerai. Kenapa lo masih bisa percaya hal-hal itu?"
Pertanyaan Kavin yang mungkin terkesan sensitif justru tidak menyinggung Key sama sekali. Gadis itu terdiam sebentar, menatap pada kendaraan-kendaraan di depan mereka. "Bukan berarti karena orang tua aku gagal mempertahankan janji mereka, aku juga bakal berakhir begitu. Semua orang punya jalannya masing-masing, kok. Hal-hal yang kamu bilang nggak kamu percayain itu, kalau kamu nemuin orang yang tepat, hal-hal itu bisa buat kamu benar-benar ngerasa bahagia."
Key menoleh, menatap Kavin yang sedang menatap lurus ke depan sambil memutar setir mobilnya, berbelok masuk ke dalam kompleks perumahan Key. Ada sesuatu tentang ekspresi Kavin yang tidak terbaca oleh Key. "Jadi, kamu benar-benar nggak mau pacaran?"
"I'll think about it." Kavin kembali menoleh untuk menatap Key selama beberapa detik, sebelum kembali menatap ke depan.
Sesaat kemudian, mobil Kavin berhenti tepat di depan rumah Saga. Key menghembuskan nafas lega ketika tidak melihat motor Saga terparkir. Ia sama sekali tidak ingin melihat Saga untuk kesekian kalinya berkelahi dengan Kavin.
"Makasih, ya." Key berkata, memakai tasnya dan turun dari mobil. Kavin hanya mengangguk. Pemuda itu memerhatikan punggung Key yang berjalan menjauh, sebelum kemudian hilang dibalik pintu rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [Completed]
Teen Fiction[BAHASA] an unfilled space or interval; a gap. *** Di suatu sore, ketika Saga baru saja tiba di rumah sepulangnya dari sekolah, ia dibuat bingung oleh kardus-kardus yang berada di ruang tamu rumahnya. Keterkejutan itu berlanjut saat Bunda muncul beb...