13 • Cukup Sekali

2.8K 514 78
                                    

Halo!🙆

Sejauh ini, bagaimana ceritanya?

Happy reading!✨

---

Hari sabtu. Hari yang rasanya paling ditunggu-tunggu oleh semua anak-anak sekolah karena tidak ada kegiatan belajar yang melelahkan, yang artinya juga, mereka bisa bebas melakukan apa saja selama sehari penuh sebelum kembali ke rutinitas biasa pada hari senin nanti.

Saga juga salah satunya. Cowok itu sudah berencana untuk menghabiskan malamnya dengan merokok di balkon kamarnya, bermain play station hingga bosan dan menonton film thriller yang belum sempat ia selesaikan.

Namun rencananya buyar begitu saja ketika Lano muncul di ambang pintu rumahnya ketika jarum jam merambat menuju angka 9, dengan cengiran di wajahnya seperti biasa dan juga sebuah tas yang ada di punggungnya. Saga tidak perlu bertanya alasan cowok itu tiba-tiba datang, karena rasanya ia sudah tahu dengan jelas alasan Lano datang ke rumah tanpa memberitahu terlebih dahulu seperti sekarang.

"Gue nginep ya, hari ini." Lano meletakkan tasnya di atas kursi belajar Saga. "Biasa, bokap sama nyokap tiba-tiba ngebahas soal kuliah kedokteran dan segala tetek bengeknya itu. Capek gue dengernya."

Tidak seperti Saga yang cenderung menurut, Lano adalah salah satu dari segelintir orang yang ingin memiliki kebebasan, namun justru harus terkekang. Lano memang dikarunai otak yang cemerlang meskipun cowok itu jarang sekali serius dalam belajar. Namun walau begitu, Lano sama sekali tidak berniat untuk mengikuti orang tuanya yang memintanya masuk ke fakultas kedokteran begitu lulus nanti. Hal-hal semacam itu bukanlah bagiannya; itu yang Lano tahu.

"Nggak usah buat rusuh, udah malam." Saga menegur tanpa mengalihkan pandangannya dari film yang ia tonton ketika Lano meraih gitar yang ada di sudut ruangannya, memetik senarnya sehingga menimbulkan nada-nada yang terkesan asal di telinga.

"Idih. Bukannya nyokap lo belum pulang?"

Saga tidak mengalihkan pandangannya dari film yang tengah ditontonnya. "Key udah tidur."

Jawaban Saga membuat seringai usil hadir di wajah Lano. "Oh, iya. Lupa kalau lo udah nggak sendirian lagi di rumah ini kalau nyokap lo nggak di rumah."

"Nggak usah mulai."

Lano terkekeh, jelas puas karena berhasil mengusik seorang Sagara Nawasena yang selalu tak peduli pada apapun. "Lo udah mulai peduli sama dia, ternyata."

"Gue memang peduli sama dia."

"Lo peduli sama dia karena dia anak perempuan dari teman nyokap lo," Lano memberi jeda sebentar. "Atau karena dia seorang Keysha Widyanata?"

Kehadiran Lano yang baru beberapa menit saja sudah sukses membuyarkan konsentrasi Saga terhadap film yang sedang ia tonton. Walau wajahnya tetap terlihat tak peduli seperti biasa, Lano tahu bahwa pemuda itu mulai terusik.

Sejujurnya, Lano menanyakan ini bukan hanya karena ia ingin menganggu Saga seperti biasanya, namun dibalik itu semua, ada alasan lain yang membuatnya ingin tahu apakah Saga benar-benar sudah menaruh sebentuk rasa peduli terhadap Key atau tidak. "Mendapat rasa peduli dari seorang Sagara Nawasena jelas nggak pernah semudah itu. So, she has a spot in your heart, already?"

Lano dan segala kata-katanya yang selalu berhasil membuat Saga terganggu sekuat apapun dia berusaha untuk tidak peduli. "Gue menganggap dia sebagai seorang perempuan yang harus gue jaga," tukas Saga lugas, kemudian ia menambahkan, "karena janji gue terhadap Bunda. Gue sudah berjanji pada Bunda untuk menjaga dia."

Raut jenaka di wajah Lano sirna perlahan seiring dengan wajahnya yang berubah serius, menunjukkan bahwa dia tidak lagi ingin bercanda. "Saga—"

"Gue tau."

Lacuna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang