49 • Hilang & Kembali [2]

2.2K 383 44
                                    

Halo!🌸

Happy reading!✨

---

Saga tidak pernah membayangkan hari ini akan datang, hari dimana ia bisa kembali melihat Freya berdiri di hadapannya, tersenyum dengan binar di kedua matanya dan menyebut namanya lagi.

Ia selama ini mengira Freya selamanya hanya akan menjadi sekeping masa lalu dari kehidupannya yang tidak akan pernah terulang kembali. Gadis itu sudah memutuskan untuk pergi, dan mengingat alasan mengapa gadis itu  melakukannya, Saga tidak pernah menaruh harapan gadis itu akan pulang nantinya.

Namun disinilah mereka, duduk berdampingan di teras belakang tanpa berbicara apa-apa. Freya memegang secangkir teh dengan asap mengepul yang tadi Saga buatkan untuknya, sesekali meniup sebelum menyesapnya.

"How's life?" Freya memulai percakapan lebih dahulu. Saga menoleh, menemukan gadis itu tengah menatapnya. Ia terlihat baik-baik saja, dan karenanya ada sebentuk rasa lega yang mengalir di dada Saga.

"Nggak begitu baik." Saga menjawabnya dengan tersenyum, sebelum kemudian balik bertanya, "Gimana London?"

Freya tampak sedang berpikir, mencoba menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan kota yang menjadi tempat tinggalnya selama satu tahun terakhir. "Menyenangkan."

Saga mengangguk. "Good for you."

Ada tawa yang berderai dari bibir Freya sesaat setelah Saga bersuara. "Gue balik dari London jauh-jauh dan nemuin lo, lo cuma bilang itu doang? Nggak mau nanya apa-apa, nih? Parah banget."

Saga tersenyum. Freya benar-benar terlihat baik. Sangat berbeda dengan sosok Freya yang terakhir kali ia ingat. "Lihat lo udah baik-baik aja sekarang, gue rasa gue nggak perlu nanya apa-apa."

Freya ikut tersenyum, menyandarkan punggungnya dan mendesah pelan. "Sebenarnya, gue juga nggak menyangka gue bisa baik-baik aja sekarang." Freya menoleh, menatap Saga dengan senyum samar di wajahnya, "Gue kadang masih teringat akan hal itu, menyesalinya, bertanya-tanya kenapa gue sebodoh itu sampai melakukannya. Tapi mau gue memaki diri gue sebanyak apapun, semuanya udah terjadi. Gue nggak punya pilihan lain selain bangkit dan melanjutkan hidup."

Untuk sesaat, Saga terdiam. Sebelum kemudian ia menatap ke depan, ke hamparan bunga milik Bunda yang ada di depan mereka. "Beberapa hari lalu, dia baru mengakui sesuatu sama gue."

Freya berhenti menyesap tehnya ketika ia menyadari siapa dia yang Saga maksud. Freya tidak mengatakan apa-apa, dan Saga memutuskan untuk menganggap diamnya gadis itu sebagai tanda untuknya mengatakan apa yang ingin ia katakan.

"Dia menyukai lo, Frey." Saga kembali menoleh, menatap Freya yang sekarang sedang terpaku dengan raut wajah tak terbaca.

"Itu udah nggak penting sekarang." Suaranya parau, dan Saga bisa menemukan sebentuk kegetiran disana.

"Gue tau ini udah nggak penting lagi untuk lo sekarang. Tapi seenggaknya gue mau lo tau ini dan berhenti menyalahkan diri lo sendiri karena berpikir lo sudah mempercayai orang yang nggak pernah menyukai lo."

Jemari Freya mencengkram cangkir tehnya kuat-kuat. Gadis itu buru-buru menghapus air mata yang jatuh di pipinya. "Gue belum bisa memaafkan dia."

Saga mengangguk mengerti. "I know," ucapnya lembut. Ada sebentuk pengertian yang bisa Freya temukan di dalam suaranya. "Just take your time. Dan kalaupun lo ternyata nggak bisa memaafkan dia untuk selamanya, it's okay. Yang penting lo jangan pernah menyalahkan diri lo sendiri lagi."

Freya menghapus air mata yang kembali melebur di pipinya, menarik nafas dalam-dalam dan tersenyum. "Dengan mulut semanis itu, gue yakin lo udah punya cewek sekarang."

Lacuna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang