Halo💓
Happy reading!✨
---
Di jam terakhir untuk hari ini yang diisi oleh mata pelajaran Biologi, Key sama sekali tidak bisa berkonsentrasi. Ia berusaha mati-matian untuk melupakan apa yang terjadi di kantin siang tadi. Namun sia-sia, kata demi kata yang diserukan Rian kepadanya terus melekat dipikirannya.
Dan Key tidak mampu membantah apa-apa, karena baginya, apa yang dikatakan Rian tadi memang benar adanya. Ia memang tidak seharusnya berada disini, di SMA Pelita, di kelas unggulan ini. Ia tidak seharusnya berada di sekolah ini, di tengah-tengah orang-orang ini, orang-orang dengan kecerdasan luar biasa dan kemampuan akademik di atas rata-rata.
Ini bukan tempatnya. Ini sama sekali bukan tempatnya.
"Lo nggak apa-apa?"
Suara Kavin menyadarkan Key dari lamunannya. Dan begitu ia menoleh, ia mendapati Kavin tengah menatapnya dengan ekspresi yang sama sekali tidak bisa ia tebak. Awalnya Key sempat ragu kalau Kavin melemparkan pertanyaan itu untuknya, namun melihat bagaimana cowok itu sekarang sedang menatap ke arahnya dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa ia menunggu jawaban, Key langsung tahu pertanyaan itu jelas ditujukan kepadanya.
Key mengangguk, menjawab dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh guru yang sedang mengajar di depan. "Aku nggak pa-pa."
Untuk sesaat, Kavin membiarkan dirinya tenggelam pada kedua iris mata Key sedikit lebih lama, sebelum ia membuang wajahnya terlebih dahulu dan kembali memandang lurus ke depan meskipun ia tidak benar-benar mendengar materi apa yang sedang diterangkan.
Setelah hampir dua jam kemudian yang rasanya berlalu begitu lama, bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, diikuti dengan keriuhan yang langsung memenuhi seisi kelas.
Key menatap tempat duduk Saga yang masih kosong karena cowok itu pergi ke toilet beberapa menit sebelum bel tanda pulang sekolah berbunyi. Gadis itu sengaja membereskan alat-alat tulisnya dengan lambat sambil menunggu Saga kembali ke kelas, sementara Kavin sudah beranjak keluar dari kelas tidak sampai satu menit setelah bel pulang sekolah berbunyi.
Hampir lima menit berlalu, namun Saga belum juga terlihat. Lano sendiri juga masih terlihat di tempatnya karena sedang menunggu Saga.
Sesaat kemudian, sebuah seruan keras dari luar kelas mengejutkan semua siswa yang masih berada di dalam kelas, termasuk Key, juga mengagetkan semua siswa yang sedang berlalu lalang di koridor.
"SAGA BERANTEM SAMA RIAN DI LAPANGAN BASKET!"
Key melebarkan matanya, untuk sesaat hanya bisa membatu di tempatnya karena kemungkinan besar, ia sudah tahu alasan perkelahian itu.
Buru-buru Key menarik resleting tasnya dan menyampirkannya di punggung, lalu melangkah cepat menuju ke lapangan basket sekolah yang berada tidak terlalu jauh dari kelasnya. Namun ia tidak sempat melihat perkelahian yang terjadi, karena Saga dan Rian sudah dibawa ke ruang BP oleh guru yang melerai perkelahian mereka berdua, membuatnya hanya bisa melihat punggung Saga beberapa detik sebelum pemuda itu hilang dibalik pintu.
Key menghembuskan nafas yang tanpa ia sadari sudah ia tahan sedari tadi. Ia khawatir. Dan kalau memang alasan Saga berkelahi dengan Rian seperti yang ia duga, maka Key akan merasa sangat bersalah.
Key masih terpaku di tempatnya berdiri untuk beberapa saat sebelum seseorang menepuk bahunya. Dia menoleh, menemukan Lano yang sudah berdiri di sampingnya sambil menyerahkan ponselnya kepada Key.
Ada sebaris pesan yang tertulis di layar ponsel Lano. Dari Saga. Isinya singkat saja, meminta tolong Lano untuk mengantarkan Key pulang. "Saga kayaknya bakalan lama, tau sendiri Pak Karim kalau udah ngebacot gimana. Mana si kampret itu udah berantem tiga kali di sekolah," cecar Lano, sebagai usaha untuk meyakinkan Key agar mau pulang bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [Completed]
Teen Fiction[BAHASA] an unfilled space or interval; a gap. *** Di suatu sore, ketika Saga baru saja tiba di rumah sepulangnya dari sekolah, ia dibuat bingung oleh kardus-kardus yang berada di ruang tamu rumahnya. Keterkejutan itu berlanjut saat Bunda muncul beb...