7.

717 74 27
                                    

Kalian ada minat cerita baru enggak dari gue?










"Gimana, semua beres?" tanya Aldi pada Raenal yang dijawab dnegan anggukan kepala acak.

"Karin?" Raenal menganggukan kepalanya lagi untuk mengatakan jika semua yang dikerjakannya benar-benar selesai dan rapi.

Tidak akan ada satu orangpun yang tahu, dan Aldi bisa mengandalkan Raenal saja.

"Bella?" tanya Aldi lagi yang dijawab Raenal dengan mengangkat bahunya kafena bukan urusannya.

"Gio yang urus, gue yang nugasin Gio buat hrus Bella karena cuma Gio yang satu sekolahan sama Bella," Aldi memukul bahu kanan Raen dengan bangga. "Gue salut sama kerja lo,"

"Gue cuma menyadarkan apa yang harusnya gue lakukan, selagi ini enggak merugikan siapapun. Karin perlu sedikit pelajaran, dan gue sebagai Kakaknya punya kewajiban menyadarkan dia dari kenyataan,"

Singkatnya Aldi dan teman-temannya hanya mencintai kedamaian, berkelahi, memukul, minum-minum atau sejenisnya, ya kurang lebih seperti itu.

Karin adalah adik tiri Raenal, dan Raenal hanya memberi pelajaran pada adiknya itu agar tidak bermain lebih dengan Om-Om diluaran sana. Mungkin, menurut Raenal cukup dengan Aldi dan Karin dikirim ke luar negeri, dan semua masalah terselesaikan.

Kalau Bella, Gio yang mengurusnya. Hanya sedikit pelajaran, mungkin seperti melakukan itu dan itu. Aldi tidak melakukan aneh-aneh dengan Bella seperti Aldi dengan Karin.

Aldi tidak menyimpan rasa pada keduanya, atau ketiganya juga. Terkadang yang salah adalah orang-orang yang tidak perduli pada mereka.

"Dari mana aja, tumben banget lo jarang datang ke sini lagi?" di terkekeh sebentar. "Gue dipaksa enggak keluar rumah sama bunda, sebagai akan yang baik gue nurut dan satu dua minggu ini gue jagain Mochi sama nganterin Mochi ke salon," jawab Aldi dengan wajah datar disambut gelak tawa satu kelompok besar cowok yang tinggal disatu rumah mewah itu hasil Aldi membeli dengan uangnya pribadi.

"Anak bunda mah beda, pasti nurut sama bundanya," celetuk teman satunya dari pojok sofa. "Dih," jawab Aldi dan memukul cowok disebelahnya, dilihat dari tubuhya Aldi lebih tinggi, dan bersih. Namun, yang pasti cowok yang pukul Aldi jauh lebih tua darinya.

"Anjing, tangan tolong ikut disekolahin. Anak bunda enggak berhak main kekerasan sama anak polos," balas cowok tadi dengan kembali meledeki Aldi..

"Anak polos lo itu enggak banyak, beli minuman wine sama vodka aja mampu ngakunya anak bolos. Waras Ndra," Cowok tadi tersenyum memunculkan seluruh gugi depannya.

"Yang lain kemana?" tanya Aldi yang ikut mengambil rokok disaku Andra dan menyelipkannya ditangan kiri, Aldi menyalakannya tidak sulit dan mulai mengepulkan semua zat berbahaya disatu batang rokok dan mengeluarkannya melewati mulut dan hidung.

Seperti menghilangkan beban, Aldi melakukannya jika merasa kepalanya pusing dengan semua yang barusaja dilakukannya. Aldi bersandiriwa, dan itu terus terjadi sampai sekarang.

"Hotel" jawab satu temannya yang sedang menuangkan wine pada gelas, kemudian meneguknya habis. "Wuih, dapet target lagi? Kok gue enggak diajak?"

"Wiga, lo mau ikut nyobain ceweknya Wiga?" tanya Eray yang baru saja masuk ikut mengambil duduk disebelah Aldi. "Boleh juga tuh," ucap Aldi menaik turunkan alisnya, sudah lama dirinya tidak melakukan pelampiasan pada hasratnya.

Pacar sebenarnya ada dan banyak, diajak 'gituan' dibayarpun Aldi mampu. Tapi dirinya tidak mau berurusan dengan hal seperti dulu, masalah pribadinya di rumah juga masih ada.

CDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang