58 [SELESAI?]

98 19 6
                                    

Saat keadaan memaksa keduanya untuk memilih antara sahabat atau adik, mantan atau pacar dititik yang sama dalam situasi yang berbeda.

Gea atau Wiga?

Aldi atau Sadewa?





"Dimana?" Tanya Gea saat melihat Aldi sudah sampai di kelasnya.

Dengan tidak memiliki wajah, sekarang Gea sangat semangat sekali menunggu dikelas Aldi karena pesan pribadi yang Aldi kirimkan pada Gea.

Jujur saja, Gea merasa jika hari ini adalah hari yang sangat dinanti nanti olehnya dari beberapa tahun yang lalu.

Iya, mungkin hampir 2 tahun lamanya.

"Kita buat perjanjian dulu." Minta Aldi yang mengambil duduk pada kursinya.

"Kasih tahu gue dimana Devan dan urusan gue sama lo selesai." Aldi memutar bola matanya tidak percaya, segampang itu? Cih.

"Gue maksa ayah tadi malem."

"Sialan." Umpat Aldi sangat kesal, gara gara masalah ini dirinya benar benar tidak bisa tidur.

Dengan kembalinya Sadewa dan Wiga membuat Aldi benar benar pusing. Gea mendesaknya untuk menemukan keberadaan sepupunya.

Dan dengan tiba tiba saja, saingannya datang untuk melakukan perduelan?

Aldi benci Wiga!

"Kenapa? Lo berharap sama gue?" Tanya Gea saat mendapat umpatan kesal dari Aldi.

"Gue butuh bantuan lo." Gea memutar bola matanya malas.

"Jadi, lo nolongin gue gak ikhlas?"

"Bukan."

"Gue bantu lo karena lo juga bisa gue berguna juga buat gue." Sambung Aldi dengan tersenyum miring, dia memiringkan kepalanya melihat respon Gea yang sekarang menatapnya datar.

"Oke, di hotel mana?" Tanya Gea dengan malas memperpanjang pembahasan, dia tahu benar apa yang Aldi inginkan. Sangat.

Namun, pukulan dikepala membuat Gea sadar dengan kenyataan yang sekarang.

"Gue gak butuh itu." Ucap Aldi dengan sangat kesal, dia meletakan tasnya di meja dengan asal.

"Dan, lo pacar Devan sekarang. Gue gak pernah main kaya gitu lagi, terlebih lo cewek sepupu gue sekarang ini." Jawabnya dengan nada serius, terdengar sok suci dipendengaran Gea.

"Munafik." Timpal Gea malas.

"Satu hari gue jadian sama Devan aja lo masih maksa." Sambung Gea manatap Aldi sulit diartekan, jelas itu benar.

Tapi, dikondisi yang berbeda. Dulu sekali, sebelum Aldi bertemu dengan Salsha.

Yang ditatap hanya memutar bola matanya malas. "Itu dulu, lagi pun gue masih SMP waktu itu."

"Gue udah berubah sekarang." Gea mengangguk malas, walaupun masih sedikit tidak percaya.

"Mana alamatnya?"

Aldi mengambil kertas yang ayahnya tinggalkan di meja makannya sesaat sebelum berangkat.

Saking semangatnya, Aldi langsung saja memasukan pada tasnya dan memakan sedikit sarapannya untuk berangkat pagi pagi.

Dirinya berangkat ke Kampus tanpa Salsha hari ini, Aldi sangat bersemangat karena urusannya dengan Gea akan terselesaikan hari ini juga.

Tapi saat melihat Salsha baru saja berangkat dengan Sadewa membuat matanya mendidih, ah ralat.

CDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang