59

93 18 4
                                    

Bukan tentang dua hal yang berbeda, tapi. Keduanya memiliki arti dan makna yang tidak bisa semudah itu dipahami. Salsha berjuang untuk permintaan maaf Wiga, dan Aldi terus tidak paham tentang posisinya.









"Devan ada di Bogor, ayah bilang sama aku." Salsha mengangguk dengan menyandarkan kepalanya pada bahu Aldi.

Membuang nafasnya terlihat pasrah dan menutup kedua matanya menghirup udara malam yang tidak membuat tubuhnya mendingin.

"Bunda bilang, hari ini mama kamu ulang tahun." Salsha menganggukan kepalanya sekilas, kembali melihat gelapnya malam ditepi pantai yang harusnya terlihat romantis jika ditambahkan lampu pelita untuk menemani keduanya.

"Iya, tapi Kak Satya gak ke sana. Kita berdua sibuk dengan urusan kita masing masing, Mama rayain di Belanda, Papa disana sama nenek kakek, Kak Satya Kuliah, dan aku sama kamu." Sekarang Aldi bersyukur entah kenapa.

Dia menjadi anak satu satunya di rumah, dan menjadi prioritas setiap orang tua karena anak semata wayang.

Ada sulitnya memang, tapi jika melihat dari mata penilaian Salsha yang hidupnya penuh sendiri. Sekarang Aldi harus bersyukur, bunda yang selalu over protective padanya, ayah yang tegas dengan caranya sendiri untuk membesarkan Aldi yang seharusnya.

Katakan saja Aldi lemah dalam segalanya, dia tidak sebisa seseorang yang bisa diandalkan. Sekarang, mungkin saja Aldi masih robot orang tuanya.

Jika waktu beranjak, dan Dewasa merasuki tubuh tegaknya. Jangan ditanya, Aldi akan menjadi sosok yang dicari siapapun pada masanya nanti.

"Aku selalu ada buat kamu, kamu punya Kak Satya, bunda, ayah dan Aku. Gak ada lagi yang harus kamu sesali." Salsha mengangguk dengan lirih, nyatanya Salsha kuat tidak serapuh siapapun. Dan tidak banyak orang tahu jika sebenarnya Salsha tidak akan menjadi rapuh hanya karena ditinggalkan.

Salsha sangat bisa mengurus dirinya sendiri sekarang, walaupun awalnya memang sama sekali membutuhkan Kak Satya.

Sekarang, Salsha bisa sendiri, dia tidak takut kegelapan lagi, dia tidak menjadi penakut dan terus berusaha untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan pikiran yang sangat jernih.

Mungkin satu yang membuat Salsha akan rapuh, orangnya sangat dekat saat ini. Salsha takut Aldi pergi dan jangan salahkan Salsha jika sekarang Salsha sangat ketergantunan dan membutuhkan peran Aldi dimanapun.

Katakan saja jika keduanya tidak sedekat itu, setidaknya Salsha tahu. Jika Aldi berarti dihidupnya mulai sekarang ini.

Mungkin saja Salsha akan menangis untuk menjadi lemah.

"Aku tahu tentang semua hubungan kamu, jangan merasa sendiri. Masih ada aku, sama bunda. Semua milik aku, entah perasaan dan kasih sayang yang aku punya. Aku rela berbagi sama kamu, gak papa kok. Selagi kamu gak merasa kamu sendiri, aku ikut seneng." Salsha tersanyum tipis.

"Rasanya aku masih gak percaya, cowok yang dulunya sering buat aku kesel, malu setiap didepan umum, dan gak punya muka sekarang ini udah berubah jadi cowok yang sedikit dewasa." Aldi menyunggingnya senyumnya yang membuat Salsha kembali membuang nafasnya lega.

"Aku seneng kamu bantu Gea." Ucap Salsha lagi, Aldi terdiam untuk mendengarkan.

"Tapi enggak dengan buat dia nyaman, dan suka sama kamu. Aku cemburu." Sambung Salsha, dia menjauhkan kepalanya dari bahunya.

CDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang