35

318 22 0
                                    


Ketika dia mencintai seseorang yang banyak lebihnya denganmu, buatlah dirimu sendiri sedikit lebih tinggi dari yang ditaksirnya.





"Gara." Panggil Dewa yang berjalan lebih dekat menuju pada adiknya, iya.

Wiga berdecit benci, dia benci ditakdirkan menjadi anak yang dilahirkan dari keluarga yang lebih dulu menjalin hubungan, membuat rumah tangga, namun lebih lama juga dia dilahirkan kedunia.

Ayah dan bundanya menikah sudah duapuluh tahun lebih, dan keluarganya berantakan begitu saja oleh dua orang yang salah sataunya ada didepan wajahnya sekarang.

Sadewa, apa perlu Wiga memanggil cowok didepannya ini kakak.

Bahkan karena kelahirannya itu, Wiga ada.

Tahun 2016.

Jika saja, Wiga ada lebih dulu hal menyedihkan seperti ini tidak akan ada.

Jika saja, kedua orang tuanya mempunyai banyak waktu bersama bunda tidak akan meninggal.

Jika saja, Ayahnya tidak bermain api lebih dulu keluarganya masih baik baik saja.

Jika saja, Ayah tidak selingkuh dengan menghamili ibu Sadewa keluarganya tidak akan seberantakan ini.

Jika saja, semua fakta mentah yang tidak mungkin diperbaiki terus saja terngiang ngiang dikepala Wiga.

Wiga menarik nafasnya pelan, lalu membuang semua nafasnya seakan bebannya sedikit terangkat.

"Ngapain si lo disini."

Sekarang Dewa yang membuang nafasnya lelah, dia duduk disebelah adiknya dijembatan dengan mengayunkan kakinya dibawah.

"Pulang, gue disuruh sama ayah jemput lo." Gara memutar bola matanya malas.

"Mau sampe kapan lo disini, mau sampe kapan lo terus gak sopan, ngelunjak seenaknya sama ayah lo sendiri. Dia ayah lo, tetep ayah lo, gue gak akan ambil hak lo." Gara berdecit.

"Ambil aja, gue gak butuh." Ucap Wiga yang mendapat begitu banyak perhatian dari Sadewa.

"Lo gila, lo darah daging dia. Sampe matipun lo gak akan pernah putus hubungan sama dia." Marah Dewa yang mendapati Wiga hanya mengendikan bahunya.

"Inget, Ga. Lo hidup jerih payah dia, lo bisa makan hasil keringet dia, lo bisa minum juga berkat ayah lo, hidup lo enak dengan kekayaan sampe saat ini juga karena rasa capek ayah lo." Ucap Dewa yang dibalas dengan dorongan kuat dari adiknya.

"Itu mulut lo, dan hak lo mau ngoceh sampe berbusa bukan urusan gue. Lo pikir hidup kaya, banyak uang menjamim gue bahagia? Enggak!"

"Lo ngomong kaya gini karena lo gak pernah hidup kaya gue, enak kan ternyata jadi anak kebanggaan ayah, enak kan hidup glamor banyak duit berasa jadi orang kaya, enak pasti. Karena lo lahir dari keluarga miskin dan dengan beruntungnya ngerusak keluarga gue, hidup jadi orang kaya, dan ngebuang gue jadi gelandangan, GITU?"

BUK.

Dengan sedikit kekuatan Sadewa menarik Gara agar bangun dan melemparnya mudah pada sisi tembok tinggi disebelahnya.

"Iya gue orang miskin, iya gue akuin kalo keluarga gue merusak keluarga lo. Tapi satu yang perlu lo inget, lahir tanpa pernikahan lebih sakit Ga, lo juga gak akan pernah tahu perasaan gue yang dilahirkan tanpa pernikahan, tanpa ayah. Dan saat gue tahu ayah gue siapa, gue merasa nyesel pengen tahu. Karena saat gue tahu, semakin banyak masalah yang menghujani gue. Lo ada beban, bukan berarti lo boleh ngelemparin fakta bahwa cuma lo doang yang punya beban, di luaran banyak orang yang lebih parah dari lo."

CDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang