50 [NEW NORMAL]

225 23 10
                                    

Kau akan bahagia jika kau ingin, jadi jangan persulit dirimu sendiri. Okey?

.
.
.


.

"Ayo."

Aldi mengelus puncak kepala Salsha yang sedang berdiri didepannya dengan tatanan rambut sedikit rapi karena sudah rusak sebagian.

Salsha berniat menguncir asal rambutnya saat siang nanti, dan itu kenapa alasan Salsha menggerai rambutnya pagi ini.

"Bisnis kan?" Salsha mengangguk dengan sedikit tersenyum pada Aldi yang sedang mengenakan kacamata hitamnya.

"Kenapa pake kacamata?" Aldi mengendikan bahunya dan berlalu berjalan menghiraukan Salsha yang sedang bertanya.

"Kenapa?" Lagi, keduanya sudah duduk dikursi masing masing Aldi hanya mengusap rambutnya kebelakang.

"Gerah, mau nyetir juga. Rambut ngalangin jalan, gak akan dipake sampe kampus kok." Salsha menganggukan kepalanya tidak masalah.

"Kelas kita sama gak?" Aldi menggelengkan kepalanya tidak sebagai jawabannya.

"Kayaknya enggak, tapi aku usahain harus pulang bareng." Salsha menumpukan punggungnya pada sandaran kursi.

"Ngapain si?" Tanya Aldi yang melihat Salsha sedang mengobrak abrik isi tasnya.

"Aku cari lisptik, kayaknya tadi udah aku masukin ke tas. Tapi gak ada." Jawab Salaha seperlunya, dia kembali mengecek dengan mengeluarkan sebagian bukunya.

"Biasanya ditaro mana?"

"Ada kok, tadi ada. Tapi sekarang gak ketemu." Salsha masih sibuk mengambil beberapa batang kecil yang biasanya untuk memperbaiki polesan pada wajahnya.

Maaf, Salsha bukan anak yang sangat menor dan memoles bedak setiap lima menit sekali. Salsha hanya butuh lipstik, liptin atau lipbam saja. Bibir Salsha sangat kering, dan Salsha harus sedikit siaga.

"Tadi di rumah belum sempet pake emang?" Salsha menggeleng kepalanya menjawabnya.

"Terus buat apa?" Aldi memfokuskan wajahnya pada stir mobilnya.

"Ah, ketemu." Seru Salsha sedikit keras, terasa seperti menyenangkan jika menemukan apa yang hampir membuat jantungnya berdebar begitu cepat karena takut kehilangan batang kecil berharganya.

"Ayo, udah sampe." Sedikit merapikan polesan sedikit pada bibirnya, Salsha membereskan semua barang miliknya dan mengikuti Aldi dari belakang.

"Sampe jam berapa?" Tanya Aldi dengan menggenggam tangan Salsha sedikit kencang namun tidak menyakiti Salsha, percayalah itu hanya genggaman melindungi seorang Aldi yang dalam mode posesive.

Salsha melihat arloji ditangan kirinya, lalu sedikit berfikir dengan menggigit sebelah bibir dalamnya.

"Jam dua siang mungkin, belum jelas juga." Aldi menganggukan kepalanya lalu kembali berjalan beriringan.

Semuanya seperti terlihat sangat asing, Salsha selalu bersama Aldi tapi itu tidak menutup lingkup sosialnya.

Mungkin Aldi tidak butuh teman, tapi setidaknya Salsha harus sedikit mencari untuk informasi.

Harus kan?

"Bisnis tiga, ini kelasnya kan?" Salsha menganggukan kepalanya, lalu Aldi sedikit mengelus tangan Salsha dengan ibu jarinya.

Meninggalkan Salsha dikelasnya untuk kembali pada kelasnya sendiri yang tadi sudah dilewatinya hanya untuk mengantarkan Salsha dan mencium tipis kening Salsha dengan lembut berjalan pergi meninggalkan Salsha dengan semua tatapan aneh dari semuanya.

CDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang