32

423 30 2
                                    

Ingatlah, tanggal 13 Mei, tepatnya jam enam, itu waktu pertama kali aku menyukaimu.



"Yang."

"Hm."

"Liat sini dong!" Protes Salsha yang masih kesal karna Aldi hanya sibuk dengan kegiatannya sendiri.

"Apa si, aku lagi buat proposal." Jawab Aldi dengan nada sedikit lembut, karna menahan kesabarannya dengan semua clotehan Salsha yang sekarang sudah sangat cerewet sekali.

"Ini coba liat." Pinta Salsha lagi yang membuat Aldi menghela nafasnya lelah.

Dia meninggalkan tugas kuliahnya agar Salsha tidak lagi terlalu merengek dan mengganggunya.

"Apanya yang perlu diliat sayang?" Aldi mengelus puncak kepala Salsha yang sedang menatapnya hangat, dia juga sempat mendorong laptopnya untuk sedikit menjauh dari jangkauannya.

"Handphone, aku kan ngasihnya handphone punya aku." Aldi merotasikan matanya malas, dia kembali membuka ponsel milik pacarnya dengan semasukan password keduanya dan kembali melihat ada apa didalamnya.

Apa ada sesuatu hal yang mencurigakan, yang dimaksudkan oleh Salsha atau apa?

"Apa si, gak penting." Aldi kembali menekan tombol power ponsel dan menaruhnya lagi sembarang.

"Iih kamu gimana si, baca di grup chat kampus dong. Aku tahu kamu gak bakal buka grup chat kampus kalo bukan aku yang buka pake handphone aku." Ucap Salsha yang melayangkan protes.

"Apaan si, paling gak penting, acara kemah gak jelas, pesta ulang tahun." Jawab Aldi yang sangat tidak perduli, dia kembali menarik laptopnya untuk melanjutkan tugasnya.

"Eh eh, kamu beneran gak penasaran sama grup chat kampus hari ini? Ada kabar besar banget, kamu beneran gak perduli?"

"Udahlah yang, gak bakal penting. Gak berpengaruh buat aku juga." Salsha menghela nafasnya lelah, jadi seperti ini.

Aldi yang awalnya kasar, humoris merambat menjadi Aldi yang sangat cuek.

Pemarah? Masih, bahkan jika Aldi benar benar lelah dan tidak mau diganggu oleh Salsha Aldi akan menjadi semakin mengerikan.

Semenjak kemoterapi tiga tahun yang lalu berjalan lancar, keduanya menjalani hubungan mereka dengan sangat tentram.

Tidak ada Sadewa, tidak ada Wigara. Dan tidak ada Devan.

Salsha juga tidak tahu, semenjak hari kelulusan mereka teman teman terdekat Aldi benar benar menghilang, bagaikan hilang tertelan bumi.

"Kenapa si kamu cuek banget sama aku?" Mata Aldi teralihkan dengan pertanyaan dari Salsha yang lagi dan lagi semuanya sama.

"Aku udah bahas masalah ini ya, jangan cari gara gara lagi buat aku makin marah sama kamu!" Ucap Aldi kasar yang langsung mengambil tas dan laptopnya berjalan pergi meninggalkan Salsha yang masih diam membisu.

Hidupnya sekarang terlihat sangat monoton, belum lagi dia tidak memiliki teman seperti dulu saat SMA.

Teman kuliahnya hanya dekat jika ada tugas bersama saja, selebihnya tidak ada yang terlalu dekat.

Entah karna Aldi yang terkenal dengan mahasiswa paling berpengaruh membuat Salsha terlihat dijauhi.

Belum lagi, wajah Aldi yang terlihat begitu dingin, tegas, dan tidak perduli sekitar membuat hampir semua mahasiswa mahasiswi menjauhinya.

Tak sedikit juga yang menyukai Aldi, tapi akhirnya akan menjadi takut, sedikit bercerita Aldi pernah menolak mahasiswi yang dengan lancangnya memintanya menjadi kekasihnya, namun Aldi hanya menjawab enam kalimat singkat membuat semua itu terdengar mengerikan.

CDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang