63

104 17 1
                                    

Bahagia yang terlewat bukan berarti tidak akan datang lagi, mungkin akan. Tapi, waktu yang membuatnya terasa sangat lama dan seakan tidak datang. Kuncinya masih sama, bersabarlah. Tuhan tahu kamu sedang bersabar, tapi dia ingin melihatmu apa kamu bisa sesabar yang Tuhan inginkan.

"Kenapa lo disini?" Tanya Aldi dengan wajah datar, saat baru sana pulang dari Kampus dan mengantarkan Salsha justru melihat Wiga yang membukakan pintu rumahnya.

"Ada urusan apa lagi lo balik ke Rumah gue? Pergi dari keluarga utuh, dan merusak hidup lo sendiri biar terlihat menyedihkan lagi?" Aldi kembali menatap Wiga yang masih diam didepan pintu.

"Udah ya, gue gak akan bisa nerima orang brengsek untuk yang kedua kalinya, gue gak mau lo ada di Rumah gue. Dan lo bisa pergi malam ini juga." Sambung Aldi dengan berjalan masuk begitu saja tidak ingin menambahkan masalah saat ini.

Berjalan masuk dengan malas, menaiki tangga dengan tersenyum smirk dibibirnya.

Wiga kembali? Ke Rumahnya dengan sangat mudah? Wah, siapa juga yang akan menerima penghianat seperti dia.

Pembohong sama saja seperti pendosa, tuhan marah. Dan Aldi benci, Wiga benar benar nekat ternyata. Dan, dia mengibarkan bendera perang padanya kali ini.

Aldi tentu saja menerimanya.

"Kamu udah ketemu sama Wiga, Nak?" Tanya Bunda yang baru saja keluar dari kamarnya sendiri langsung berbicara pada Aldi.

"Bund, Aldi capek. Kalo bunda mau ngomongin orang kaya dia, mending sama Ayah aja. Aldi sibuk." Jawabnya yang langsung memutar tubuhnya masuk pada kamarnya sendiri.

Menutup rapat rapat dan dikunci dari dalam, sungguh. Hari dimana Aldi sangat membenci keadaan rumahnya hanya hari ini, dimana Bunda membuat suasana rumah semakin canggung hanya karena orang lama.

"Makan malam turun, Nak. Ayah akan pulang cepat malam ini." Ucap Bunda didepan pintu kamar Aldi dan langsung berderap pergi turun dari Lantai satu menuju dapur.

"Sial."

"Gak kakak gak adeknya, kenapa dua orang itu gak bisa diem, duduk, dan nonton. Gue heran kenapa mereka berdua juga haus perhatian." Gumam Aldi yang malas, melempar asal tas nya dan merebahkan tubuhnya pada ranajngnya.

Melepas sepatunya asal dengan satu kaki yang lain dengan posisi yang sama.

"Hallo sayang?" Ucap Aldi yang baru saja menghubungi Salsha, menatap atap kamarnya dengan mata tidak percaya dengan kenyataan hari ini.

"Ya? Aku abis mandi. Ada apa? Kamu udah sampe rumah?" Tanya Salsha berurut turut yang mampu membuat Aldi tersenyum tiba tiba.

"Udah."

"Hari ini kita gak jadi jalan ya, kamu bisa pergi sama Gea aja berdua. Dia bisa bawa mobil kok, aku bisa minta dia yang jemput kamu." Sambung Aldi dengan menggigit bibirnya dalam.

"Loh, katanya kita berdua mau ke Bogor jenguk Devan. Gak jadi?" Tanya Salsha yang menghentikam aktiftasnya untuk memilih baju dan sekarang ini justru melepas penutup kepala yang habis keramas dan mengeringkannya.

"Maaf ya, dirumah lagi ada masalah. Aku harus tetep dirumah, besoknya aku langsung jemput kok. Biar aku yang minta izin sama Kak Satya." Salsha masih diam, kembali mengingat apa yang seharusnya diingatnya saat ini.

"Bunda gak sakit kan?" Tanya Salsha dengan wajah sangat serius, menatap Aldi penuh curiga walaupun sekarang sedang menelfon.

"Gak kok, bunda sama ayah baik. Aku juga gak papa, ada sedikit masalah yang harus aku selesaiin dirumah. Aku janji besok pagi pagi banget aku jemput kamu, gak papa kan? Gea pasti gak nyaman kalo gak ada temennya dirumah sakit." Aldi mendengar helaan nafas sangat pasrah yang keluar dari mulut Salsha.

CDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang