46 [WR18+]

418 24 13
                                    

Udah dipasang tanda, jangan ngeyel😏

Entah tentang rasa atau penasaran yang melanda keduanya, yang jelas. Jika tuhan menakdirkan mereka yang saling mencintai bersatu, dengan jalan paling buruk mereka akan dipertemukan dengan sendirinya.


Ini tentang, bagaimana mereka mendriskripsikan kebahagiaan mereka sendiri.

Ada yang mengatakan saat kau bahagia aku juga ikut merasakan kebahagiaan itu.

Ada juga yang menjelaskan, jika kau tersenyum dan tertawa karenaku itu juga membuatku ikut merasakan bahagia.

Ada juga yang mengatakan jika kebahagiaan adalah cinta yang paling mudah didapatkan tanpa seseorang.

Mereka semua sama, berjalan dengan tujuan yang sama untuk pergi dan mendapatkan sesuatu yang membuat mereka merasa hidupnya sangat berarti dengan cara yang berbeda.

Gara berhasil dibuyarkan dari lamunannya, dia terkejut dengan wajah yang berubah menjadi datar sekali.

"Ngapain?"

"Enggak kok, cuma lagi duduk ada." Jawab Gara seadany, dia benar kan.

"Udah lah, jangan dipikirin." Gara tersenyum, sangat dipaksakan.

Dengan suasana hati yang sekarang sudah mulai membaik, atau berpura pura.

Aura Gara benar benar sudah lebih baik dari sebelumnya, berbeda dengan Gara yang dulu.

Satu tahun yang lalu.

"Gimana hari pertama kuliah lo?" Gara mengendikan bahunya malas, seperti tidak perduli.

"Sangat buruk." Dewa tersenyum dengan mengelus puncak kepala adiknya.

Seperti sudah menjadi hal wajib jika berbiacara dengan Gara, Sadewa selalu mengelus puncak kepala Gara.

Seperti, perasaan seorang kakak yang bangga pada adiknya. Sungguh, Dewa tidak bohong.

Akhir kahir ini, Gara benar benar seperti anak lainnya. Tidak selalu memasang wajah datar, dan sekarang sudah mulai berekspresi.

"Paman bilang, hasil pengobatan tiga bulan terakhir ini hasilnya sangat baik." Gara tersenyum, dia mengangguk.

Memang, akhit akhir ini Gara mulai merasakan jika tubuhnya sehat, dalam arti yang berbeda.

Tekanan, dan masalah tidak ada. Apa negara ini benar benar sangat nyaman untuk Gara?

Sebenarnya Gara juga tidak terlalu perduli soal itu.

"Memang." Jawab Gara singkat, dan padat. Tapi ada senyum ikhlas diwajahnya, Sadewa merasakannya.

"Ada alasannya kan? Siapa yang buat lo sebahagia ini?"

"Apa lo punya pacar?" Lanjut Sadewa bertanya, begitu banyak sebenarnya yang ingin ditanyakan.

Tapi, lagi. Sadewa tidak ingin membuat, Gara tertekan.

Seperti kabur, mungkin. Atau pergi merusak hari pertunangan mantan kekasihnya.

Antara sahabatnya sebenarnya, Aro dan Nita.

CDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang