36

255 24 1
                                    


Hiduplah dengan membuat bahagia, karena semua hidup tidak ada yang dibuat sangat bahagia.

"Kenapa?" Tanya Aldi yang sudah selesai mengantarkan Salsha sampai pada depan gerbang rumahnya.

"Kamu beneran gak diapa apain sama mereka kan, tumben banget dari tadi diem aja." Aldi menghembuskan nafasnya pelan.

"Enggak yang, kamu liat semua organ luar dalem aku, utuh kan?" Salsha menatap Aldi dengan meneliti untuk yang ke limabelas kalinya.

"Iya si, cuma kamu makin pucet aja. Wajar dong, aku khawatir. Kamu kan pacar aku, lagi pula kejadian tadi gak bisa dicerna banget. Kenapa tiba tiba aja ada preman mau nyulik aku, seumur hidup aku gak ada tuh masalah sama orang lain sampe segitunya." Ucap Salsha dengan sedikit menerka nerka.

Aldi terlihat menghela nafasnya lelah, dia menyenderkan kepalanya pada kursi kemudi.

"Udahlah yang, yang berlalu biarlah berlalu. Toh kita berdua baik baik aja kan, udah sana masuk." Salsha tersenyum sebal, dia mengambil tasnya dan berjalan keluar mobil dan melambaikam sedikit tangannya.

Dengan cepat Aldi menutup kaca mobil dengan warna hitam, dengan satu kali klakson mobil dan menjalankan mobilnya santai.

Dalam hati dia ingin sekali berteriak kencang jika mobilnya kedap suara.

Dengan kecepatan penuh Aldi mengendarai mobilnya tidak sampai limabelas menit dia sampai di rumah, Aldi cabut kunci mobilnya dan membanting kencangnya dan berjalan lemas memasuki rumahnya.

Sial.

Darahnya merembas sedikit menetes pada lantai, baru saja Aldi ingin membuka pintu rumahnya Aldi langsung limbun hanya karena melihat satu tetes darah mengalir dengan jelas dibawah punggungnya mengotori lantai yang dia injak.

"ALDI!" Teriak bundanya yang melihat anaknya tiba tiba terjatuh didepan matanya.

Bersamaan dengan Aldi jatuh, bunda melihat begitu banyak darah yang menempel pada lantai.

Traumanya?

"AYAHHHH." Panggil cukup kencang bunda Aldi pada suaminya, ayah yang sedang duduk diruang tamu terkejut dan langsung saja menyusul istrinya.

"Ada ap--" Suara lembut ayah terpotong, rasanya seperti semua gigi rahang bagian bawah akan terjatuh, saat melihat keadaan anak semata wayangnya.

"Ya ampun, Aldi." Ucap ayah uang langsung membopong tubuh kecil anaknya diikuti istrinya dibelakang.

Dibawanya Aldi dijok belakang dengan istrinya yang memegangi anaknya.

Dalam langkahnya ayah mengumpati kesal, pasti adik sialannya, begitu isi kepala Ayah yang langsung mendidih.

"Bang*at!" Umpatnya kasar.

••••

Rasa khawatir tiba tiba saja menyelimuti Salsha, sudah pukul 23:47 tapi Aldi sama sekali tidak mengabarinya. Bukan kah sudah hampir 6 jam Aldi diperjalanan, apa Aldi belum sampai dirumah?

Peetanyaan negatif benar benar membuat Salsha melamun dimalam hari, hujan malam hari dengan melihat air mengalir melewati balkon Salsha kembali terlihat cemas.

Apa Aldi baik baik saja?

Tiba tiba satu sentakan tangan benar benar membuat Salsha terkejut dan sedikit mendorong pelakunya.

Yang benar saja, itu Bang Satya.

"Kak, lo kok ada dikamar gue?" Tanya Salsha benar benar masih dengan wajah terkejutnya.

CDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang