21

563 43 7
                                    

"Sayang."

"Apa?" Jawab Salsha yang tampak masih fokus pada ponselnya, entah apa yang sedang dia lakukan saat ini. Aldi yang ada disebelahnya merasa terabaikan, dan seharusnya Salsha tahu jika Aldi tidak suka diabaikan.

"Udahan dulu main handphone nya, aku masa didiemin mulu. Kamu asik banget main handphone aja sendirian." Salsha masih cekikikan dan fokus pada handphonenya.

"Sayang ih." Seru Aldi kesal, dia merebut ponsel Salsha dengan paksa dan Salsha mendengus sebal.

"Kamu itu apaan si yang, aku lagi main game tuh. Kok kamu malah rebut, kalah kan." Gerutu kesal Salsha saat dia sudah mengambil balik handphone dan melihat tulisan 'loser' menyebalkan.

"Aku dateng ke rumah kamu loh, mau ngapelin pacar. Bukan nungguin kamu main game sampe dua jam." Ucap Aldi yang kesal, mengutarakan kekesalannya Aldi mengerucutkan bibirnya.

"Utu utu utu, pacar Salsha kesel jadi gemes. Sini sini, peluk dulu." Salsha terkekeh dengan ucaoannya sendiri dan langsung memeluk Aldi dari samping.

"Soalnya tadi pas kamu dateng aku lagi main, jadi males berhenti." Sambung Salsha yang tampaknya tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Ih kamu tuh, nyebelin." Seru Salsha saat tanpa permisi Aldi mengecup pipi sebelah kanan Salsha.

Salsha yang mendapati Aldi menciumnya mendadak terkejut, dan sedikit kesal. Tapi, tetap percayalah jika Salsha juga menikmati hal itu.

"Mau keluar ga malem ini, aku tadi dapet duit ngerampok dari ayah minta dibanyakin biar bisa isi bensin full." Aldi terkekeh saat melijat Salsha melototkan matanya kesal.

"Kalo minta duit ke ayah kamu banyak jangan aku yang jadi alesannya bisa gak si, kamu tuh nurunin derajat aku banget dimata ayah kamu." Ucap Salsha kesal, bagimana tidak kemarin saja saat tangan Salsha baru sembuh Aldi meminta uang sedikit lebih banyak lagi untuk merayakan kesembuhan Salsha.

Padahal, hasil rampokan duit itu hanya untuk bersenang senang Aldi. Salsha hanya sebagai perantara, dan saat Salsha main ke rumah Aldi, otomatis Salsha yang beri pertanyaan bagaimana ini bagaimana itu. Hhh.

"Soalnya tuh, kalo aku minta ke bunda alesannya kamu gak dikasih. Ayah aku kan baiknya cuma sama kamu yang, kalo aku minta buat aku sendiri cuma dikasih setengahnya doang."

"Ayo pergi keluar, kamu gak bosen dirumah mulu. Bang Satya pergi kan, dia udah kuliah ke Bandung." Salsha mengangguk, memang dia sekarang hanya tidak dirumah dengan bibi, bunda, dan ayahnya juga akan pulang jika keadaannya memang mengharuskan mereka untuk pulang. Hhh, Salsha memang sudah terlihat mandiri sejak dia masuk SMP.

"Makan pecel ayam aja ya, yang didepan salon kucing kamu itu. Disana porsinya banyak, hemat juga." Aldi mengangguk, dia mengelus puncak kepala Salsha.

"Udah ayo." Ajak Salsha yang tiba tiba berdiri dan menyawel handphonenya.

"Kamu gak ganti baju?" Tanya Aldi yang bingung. Biasanya dia akan merengek pada Aldi untuk menunggunya ganti baju.

"Gak ah, ini aku udah pake switer males ganti. Kasian bibi nyuci baju aku banyak banget." Aldi mengangguk.

"Yuk." Aldi berdiri setelah memasukan handphonenya dan mengambil kunci mobil.

Salsha menyambut uluran tangan Aldi, dia hanya memegang namun Aldi yang mengeratkan pegangannya.

"Kamu yang bayar kan?" Tanya Aldi yang ingin menjahili Salsha, benar saja respon Salsha sangat kesal.

"Iih ALDI, males keluar ah." Sebelum Salsha kembali masuk ke rumahnya, Aldi lebih dulu menarik Salsha untuk mendekat padanya.

CDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang