Pahit

187 2 0
                                    

Tanpa terasa airmataku mulai mengalir dari pelupuk mataku.

"Ndra..."kataku
Suaraku nyaris tercekat oleh kesedihan yang tak mampu kubendung lagi
"Kenapa Fel?"
"Tak peduli siapapun kamu sekarang, bagaimana kamu sekarang. Perasaan tidak bisa hilang begitu saja. Bertahun-tahun aku menantikanmu, aku dengan setia menunggumu. Hancur, hatiku perih sekali bertahun-tahun, namun ntah mengapa ketika aku memutuskan untuk melupakan, firasatku selalu mengatakan bahwa kau masih memiliki rasa yang sama untukku, kau masih mencintaiku. Ndra, aku sungguh sakit hidup seperti ini. Diluar aku tertawa, memalingkan senyumku pada siapapun, namun tak satupun tahu bahwa senyum lepasku adalah berasal dari kamu. Ndra...sakitttt..."kataku

Aku terus menangis, dan sungguh aku merasakan hancur yang dalam.

"Fel, aku mencintaimu."
"Aku juga Ndra"
"Tapi...."
"Tapi apa?"
"Aku tak bisa bersamamu Feli"
"Hah? Kenapa?"
"Feli, kita tak bisa bersama"
"Iya andra, kenapa?"
"Orangtuaku ingin aku menikah dengan Celia"
"Tapi kamu mencintaiku Andraaa, bagaimana mungkin kau mau dinikahkan dengan Celia. Seseorang yang sungguh tidak kau sukai dan kau benci sedari dulu."
"Maafkan Aku Feli, mama dulu pernah meminjam uang ke orang tua Celia, dan kamu tau kan ? Sedari dulu Celia mencintaiku. Mama tidak punya uang untuk membayar semuanya. Maka dari itu, Celia memaksaku untuk menikahinya"

Ya, Celia adalah seorang wanita yang sangat jahat dan rela melakukan apapun untuk mendapatkan yang dia inginkan. Celia sangat culas dan dia menyukai Andra sedari dulu, dan hal ini dimanfaatkannya untuk mengambil Andra.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi"kataku

Aku berusaha tegar dan menghapus seluruh air mataku yang terbuang percuma sedari tadi.

"Fel... Fel.. Feliii"
"Apaaa Andra? Apa lagi? Apa lagi yang harus kudengar darimu? Kapan pernikahan kalian? Dan dimana acaranya? Itu? Itukah yang harus kudengar? Aku sudah tidak ada gunanya disini, sudahlah. Aku hanya membuang-buang waktuku saja."

Andra pun membiarkan langkahku berlari.

"Semoga kau bahagia"batinku

Hatiku sungguh hancur, sakit sekali. Namun, apa lagi yang harus kuperbuat, kalau sudah begitu? Apakah aku harus membayar utang-utang Andra pada orang tua Celia? Tidak, bodoh sekali. Itu tidak mungkin.

Aku belajar mengikhlaskan, dan benar-benar harus mengikhlaskan dia yang kucintai. Tak tahu harus sampai kapan, dan tak tahu harus dimulai darimana lagi. Sungguh ini menyakitkan.

"Aaaaa....Tuhannnnn baru saja aku merasa sedikit bahagia, karena bertemu dengan Andra kembali. Baru saja aku berpikir bahwa aku akan bahagia, dan baru kemarin aku memutuskan ingin kembali pada Andra. Namunnn, belum sempat aku mengungkapkannya, aku harus menelan pil yang sangat pahittt..... Aaaaa......Tuhannnn sakkitt sekaliii."tangisku

Aku terus meronta-ronta dan berteriak di tengah derasnya hujan dan dinginnya malam.

Drrrttt....drttt...

"Felll, lo dimana?"
"Aaaaa, Rinnnnn dia jahat rinnn. Brengsekkkkkk, aaaaaa."teriakku
"Fel, lo dimana? Bilang sama gue, lo dimanaaaa?!?"
"Aaaaaa, gue ga kuat Rin, gue ga kuatttttt."
"Fel, lo tunggu disitu ya. Gue kesana. Tetap nyalain gps lo."

Keesokan harinya...

"Rin, gue kok udah di kamar? Gue semalam kenapa ?"
"Lo semalam hujan-hujanan di jalan, nangis ga jelas. Karna itu, lo sekarang demam"
"Rin..."
"Kenapa Fel? Lo jangan banyak mikir deh sekarang, badan lo hangat banget dari tadi malam"
"Rinn, gue capek"
"Terus? Lo mau mati gitu? Kenapa? Andra si cowok brengsek yang udah buang elo itu?"
"Hikss...hikss.. Rin gue harus gimana?"
"Move on, terima Nevan"
"Gue ga bisa Rin, gue udah coba."
"Itu karna lo belum ikhlasin Andra"

KepergianmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang