Process

17.6K 569 7
                                    

Boni memerhatikan raut wajah Fred yang mendadak suram ketika berhadapan denganku.

Jessica masih duduk bersama Rico. Entah apa yang di katakan Jess, sehingga Rico tersenyum mendengar ocehan manjannya.

Entah kenapa aku jadi uring-uringan begini? Apa karena omongan Vera tadi siang?

Tentang mantan pacar Fred yang seorang model terkenal.

Fred menutup pintu lalu duduk di sampingku di sisi kanan tempar tidur.

"Kita pernah membahas ini, Bella. Lakukan apa yang menurutmu benar. Aku sudah mengamankan posisiku,"

Ia menggeleng, lalu menggenggam tanganku.
"Aku tahu, kamu merasa hanya dibutuhkan karena sebuah tujuan."

"Karena memang begitu kan tujuan awalnya? Kalau sudah dapat apa yang kamu mau, kamu akan kembalikan aku ke kehidupanku. Lalu menjadi orang asing satu sama lain."

Manik-manik matanya meneliti bola mataku, ada emosi dan rindu yang bersamaan di sana.

"Terkadang, aku merasa bersalah padamu. Menghancurkan kehidupan seorang gadis muda. Gadis yang sebelumnya ceria, menggemaskan, berubah menjadi seperti ini."

Ia mengusap wajahnya. Jelas sudah semua ini, rasa yang dia rasakan padaku cuma rasa kasihan dan rasa bersalah.

Seharusnya aku tidak menyelipkan rasa cinta pada setiap tarikan napasku untuknya. Seharusnya aku tahu diri.

"Maaf, seharusnya aku tahu diri."

"Bukan begitu Bella, aku ... "

"Aku tahu, kamu cuma kasihan dan merasa berkewajiban untuk menjagaku. Karena itu wasiat mamamu, kan?"

"Kamu terlalu baik, dan hidupmu selalu dalam masalah kalau terus bersamaku. Dan aku tidak bisa berkomitmen dalam hubungan yang serius dengan siapapun. Apa lagi denganmu,"

Kata-katanya barusan, menghujam tepat ke sasaran. Aku merasakan sakit tapi tidak berdarah.

Wajahnya penuh penyesalan. Bahkan saat dia memandangku. Alisnya bertaut dengan tatapan mata yang kosong.

"Jangan kasihani aku Fred."

Tuhan, tolong cabut perasaan cinta yang tidak pada tempatnya ini. Bagaimana mungkin aku mudah terjatuh.

Ceroboh sekali.

"Seharusnya aku tahu dari awal. Seharusnya aku tidak mengharap lebih dan seharusnya aku tidak berkhayal terlalu tinggi."lirihku menahan tangis.

"Bella, tolong mengertilah. Masa depanmu begitu panjang. Dan aku akan membiayai karir apa pun yang mau kamu tempuh."

Aku menghela napas panjang. Menatapnya dengan mata yang nyaris dibanjiri air mata.

"Terima kasih. Oh , ya tenang saja. Aku akan memenuhi isi surat Bunda."ujarku sinis.

"Jika memang demikian. Tenang saja, aku akan memenuhi semuanya dan menjamin keselamatanmu hingga melahirkan."ujar Fred menarik napas panjang.

Benar, kan? Itu yang dia mau.

Baiklah. Jelas sudah semuanya. Ke mana arah hubungan yang tidak ada hubungannya ini.

Ia menarik tanganku saat aku mau membuka pintu.

"Bella, jangan membenciku. Aku mohon,"matanya berkaca-kaca.

Aku tidak mau tertipu lagi dengan mata itu. Mata yang bikin aku benci hidup di dunia ini.

"Minta Rico untuk mengantarmu jika ingin keluar."

Sweet AddictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang