New Beginnings

9.2K 358 7
                                    

Setelah dibuat bahagia dan perut kenyang. Kami beranjak pulang dan Fred yang menyetir sendiri. Fred mengatakan akan menghadiri rapat pemegang saham esok hari. Dan memintaku untuk tinggal sementara di rumahnya dengan Tante Sania.
"Aku tidak mau mengambil resiko. Jadi aku akan meminta Boni untuk menghubungi Tante Sania dan berkemas. Malam ini juga kalian tinggal di rumahku. Ada Bik Sri yang akan mengurus semuanya."
Aku kasihan setiap kali Fred merasa nggak aman karena keluarganya sendiri. Aku cuma bisa menurut. Nggak ada gunanya mengatakan tidak karena dia akan tetap menyuruh orang-orangnya mengemasi barang-barangku.
"Sebaiknya aku kembali ke rumah Tante Sania dulu, Fred. Aku mau ambil barang-barangk,"
Dia menggeleng cepat. "Apa kamu lupa? Kalau semua barangmu masih tertata rapi di kamar sebelumnya,"
"Aku butuh laptop untuk mengerjakan skripsiku."
"Itu juga sudah ada di kamarmu."

Barusan aku bilang kan, percuma berdebat. Semuanya sudah ada yang mengurus.

"Terkadang aku bingung. Kapan aku bisa melakukan semuanya sendirian? Semuanya sudah dikerjakan sama orang-orangmu."kataku lagi setengah menggerutu.
"Satu hal yang bisa kamu lakukan!"serunya lagi sambil tersenyum jahil.
"Apa?"
"Selalu ada di rumah, memasak untukku. Menghadiahiku pelukan dan ciuman dipagi hingga malam hari. Dan melakukan olahraga bersama ..."kata-kata yang terakhir dia ucapkan dengan nada misterius.
Wajahku jadi panas. Aku takut kehabisan napas lagi. Dia menggenggam tanganku, mengecup jari yang sudah dilingkari cincin saphire biru.

Aku jadi penasaran, apa yang dia maksud olahraga malam?
"Fred, memangnya apa sih olahraga malam?"tanyaku lagi yang membuat dia sedikit terbatuk. Ada yang salah dengan pertanyaanku?
"Itu ... itu cuma bisa kamu tahu nanti, Sugar. Bukan sekarang." Jawabnya lagi dengan ringan.

Aku melirik spion kiri. Ada tiga motor yang selalu mengikuti kami. Setiap kami belok ke arah lainnya, motor-motor itu mengikuti dari belakang.
"Bella, kamu membawa pistol kecilmu?"tanya Fred, dia mengeluarkan pistol dari dashboard di depanku dan dari bawah kursinya. Ia mengelurkan pistol yang hanya bisa digunakan dengan sidik jari yang sama. Yang satunya lagi, dia bilang bisa melumpuhkan siapa pun yang terkena tembakannya.

Fred bilang kalau kaca mobil ini anti peluru.
Lalu kenapa dia mau membuka jendela? "Bella, jangan membuka jendela. Tolong pasang sabuk pengamanmu!"perintahnya lagi.

Dia menginjak pedal gas sehingga kecepatan mobil menjadi tiga kali lipat. Dengan cepat ia membuka jendela menembak pengendara di sisi kanan. Lalu sekali lagi dari sisi kiri. Aku cuma bisa menyenderkan bahuku pada kursi.

Kenapa mereka nggak pernah berhenti?

"Aku sudah kasih tahu kamu kalau kita harus menikah secepatnya!"ujarnya lagi sambil mengemudi dengan kecepatan tinggi.

Wajahku pasti sudah kayak tempe bacem.
"Maaf sayang, aku tahu kamu mau muntah kalau lajunya mobil terlalu cepat. Sebentar lagi nyamuk-nyamuk itu akan mati."

Aku nggak bisa menyahut. Kututup mataku rapat. Perutku bergejolak mau muntah. Mataku berair. Jantungku berpacu dengan cepat.

"Kita sudah hampir sampai. Mereka nggak akan bisa mengejar kita lagi."

Ia menghubungi Boni agar mengajak Tante Sania ke rumahnya. Dan 20 menit kemudian Tante Sania sudah berada di rumah Fred.

Fred mengemudi dengan cepat dan masuk ke basement.

Saat sudah tiba di ruang tamu. Boni mengatakan semuanya sudah beres.

"Urus orang-orang yang menguntitku tadi!"ujarnya pada Boni dan Rico. Rico segera pergi mengurus sesuatu yang diperintahkan.

Continue....
#challenge30harimenulis
#challengegrupPerempuanMenulis
#day26

Sweet AddictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang