Second Home

16.8K 495 7
                                        

India!

Ya, kalian  tidak salah baca. Aku sudah mendarat di kota Mumbai. Kami menempuh penerbanhan hampir Delapan jam untuk sampai di kota itu. Negara yang memiliki penduduk terbanyak nomor Dua di dunia ini, memang padat.

Fred memilih memakai pesawat pribadinya, meskipun aku sempat bilang untuk naik pesawat komersil biasa. Dia tetap pada pendiriannya. Tapi, sebagai penggantinya, pesawat akan mendarat di Chhatrapati Shivaji. Bandara yang sangat sibuk di Asia selatan.

Aku memperhatikan dan takjub dengan airport yang begitu besar dan modern. Fred berjalan dengan pandangan lurus, meskipun banyak wanita yang menoleh untuk sekedar menarik perhatiannya. Sekilas dia memang terlihat sombong dan angkuh. Orang tidak akan tahu, kalau dia iseng dan suka mengerjai orang lain.

"Candy, ini rumah keduamu."katanya sambil berbisik di telingaku.

Aku berjalan di sampingnya sambil menoleh ke sana kemari, memandangi anak-anak kecil berwajah lucu berlari-larian, anak sebesar biji salak itu menabrakku saat sedang menghindari temannya, "sorry, didi."katanya sambil mengerjapkan mata bulatnya.

Meskipun Ayah berdarah asli India, aku tidak pernah menggunakan bahasa Hindi. Itu karena Ayah sudah lama tinggal di Indonesia. Bahasanya sudah sangat fasih dan lancar. Tapi, sesekali Ayah mengajarkanku sedikit dalam bahasa Hindi untuk menyebut panggilan. Didi yang disebut anak kecil biji salak itu berarti kakak perempuan.

"Apa yang kamu pikirkan?"tanyaku pada Fred yang terlihat bingung.

"Tidak ada. Aku hanya... tidak menyangka akan datang ke negara ini. Biasanya yang aku datangi, negara-negara besar. Bukan negara yang masih terdapat orang-orang yang tidur di trotoar,"katanya lagi sambil nyengir. Kalau dia nyengir begitu, aku mau mencubit hidung mancungnya.

"Sombongnya!"ledekku

Saat berjalan ke lobby depan dan menunggu mobil yang menjemput kami. Saat masih menunggu, sesekali Fred menoleh dan tersenyum, "aku suka kamu mengenakan Dress berwarna mustard, terlihat sangat menawan dan muda,"

"Aku memang masih muda. Kamu lupa kalau usia kita beda Sepuluh tahun?"tanyaku lagi.

Dia mengusap wajahnya, "Tapi, aku tetap menawan hingga membuatmu tidak berkedip."

Perhatian!
Cowok yang memiliki badan tinggi dan bagus ini, kalau percaya dirinya sedang meroket sampai ke bulan, dia tidak akan ingat umur.

"Ah... itu mereka,"ia menunjuk Boni dan Bik Sri yang turun dari limosin hitam.

Mataku membelalak, lalu tersenyum pada Fred.

Aku memeluk Bik Sri. Lega banget, karena akan ada Bik Sri selama aku di sini. Aku mau nangis, akhirnya aku tidak sendiri.

"Fred, bagaimana kamu bisa kepikiran untuk mengajak Bik Sri?"

"Beliau juga butuh liburan, Candy. Aku tahu kamu senang kalau ada beliau."

Kami menuju Hotel Taj Mahal, hotel paling besar di Mumbai. Tapi, sebenarnya bukan hotel ini yang mau aku datangi. Aku harus bertemu dengan Om Arjit dan keluarga Ayah lainnya di kota kecil Surat.

"Kenapa kita ke hotel Fred? Setahuku, kita harus tetap naik pesawat kalau mau ke Surat."

"Keluargamu menunggu di situ."
*******************************************

"*******************************************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet AddictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang