Flight to london

15.2K 458 53
                                    

Fred berdiri memandangi hujan yang turun dari jendela besar pada kamar kami. Aku
terbangun mengeliat karena tidak merasakan lengan Fred pada kepalaku. Kesal rasanya belakangan ini aku seperti tidak punya tenaga, aku juga mudah lelah. Menurut Fred itu normal karena aku sedang hamil. Ia membiarkan aku telat bangun setelah semalam kami berciuman lama dan menyalurkan gairah dengan cara yang tidak biasa.

"Sayang, maaf ya kalau semalam aku mudah lelah,"

Dia berbalik dan menghampiriku, menciumku dengan lembut. "Sugar, jangan berpikir seperti itu. Aku tidak mau membuatmu kesakitan. Aku juga rela jika harus libur berhubungan denganmu hingga bayi-bayiku lahir."

Aku menelan ludah. Bagaimana ini, tapi belakangan ini justru aku yang meminta karena aku begitu ingin berhubungan dengannya. Aku jadi malu kalau begini.

Dia menyentuh pipiku, "apa kamu malu?"

"Hahaha ... tidak sayang. Aku tidak malu."

"Terus, kenapa wajahmu seperti tomat?"

Fred tertawa sambil mengecup ringan telingaku. Tangannya sudah memelukku dari belakang dan mengusap perutku.

Fred menarik wajahku lembut agar bisa bertatapan dengannya. Ah, aku mana tahan kalau begini. Ia menciumku lagi dengan lembut hingga napasku tersengal. Tangannya berkelana menyentuh dadaku, perutku, pinggang besarku dan mengelus bagian belakangku.

"Aku tidak tahu kenapa ibu hamil bisa begitu menggiurkan sepertimu, Sweet heart."

Saat kami masih asik bertukar napas dan bersentuhan. Ponsel Fred berbunyi. Aku mau melempar bom kepada siapa saja yang menghubunginya saat ini. Fred tersenyum sambil mengecup kepalaku. Dia tahu saat hamil begini, gairahku mudah sekali tersulut. Dan hal itu dia manfaatkan dengan baik dan bahagia.

Dia bilang aku berbeda, dulu sebelum hamil aku malu-malu dan harus dia dulu yang memulai meminta bercinta. Tapi saat hamil, Fred seperti kewalahan meladeniku. Karena aku cukup sering bergairah melihatnya.

Fred menerima telepon penting, hingga membuat raut wajahnya berubah.

Sayup-sayup aku mendengar kalau keberangkatannya harus dilakukan dalam dua hari ini.

Fred segera menghubungi Boni untuk menyiapkan keberangakatan ke london besok pagi.

"Aku tidak mau tahu. Aku harus berangkat besok pagi, batalkan semua janji atau pun peresmian."

"Fred, ada apa? Kamu mau pergi ke mana?"

"Sweet heart. Aku harus ke London besok pagi. Tolong jaga dirimu dan aku sudah meminta Boni untuk menghubungi Tante Sania agar dia datang menemanimu,"ujarnya.

Tubuhku terasa lemas. Kenapa dia mau pergi tanpa meminta pendapatku? Apa dia lupa kalau aku sedang hamil?

"Fred, tapi aku sedang hamil. Tidak seharusnya kamu tinggalin aku begini," kataku setengah merengek. Entah kenapa aku begitu bergantung padanya. Aku jadi begitu manja. Tidak terasa ada setetes bening mengalir ke pipiku.

"Oh no. Kenapa menangis Sweet heart?" Dia memelukku dengan erat. Sambil merapikan anak rambut ke belakang telingaku.

"Dengar, aku bukan pergi lama. Aku hanya pergi sebentar,"

"Kalau pergi sebentar. Kenapa tidak mengajakku? Aku bisa melahirkan di London."

Fred terdiam sejenak sambil berpikir. Tangannya menekan nomor yang cukup aku kenal.

"Datanglah ke rumah dan periksa istriku sekarang."

Ia langsung menutup teleponnya.

"Siapa yang kamu hubungi barusan?"

Sweet AddictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang