Kepalaku pusing sejak beberapa hari yang lalu. Lebih parahnya lagi, aku muntah-muntah kayak orang keracunan. Fred sampai harus membatalkan semua meetingnya. Setiap hari selalu begitu. Tapi, aku yakin kok kalau aku nggak kenapa-kenapa, cuma kecapean aja.
Sejak beberapa hari yang lalu juga semua kebutuhanku di layani dan aku nggak boleh keluar kamar. Saat aku bilang aku bukan tahanan, suamiku itu ngambek.
"Ini bukan masalah kamu tahanan atau bukan ya, Bella. Aku khawatir sama kamu. Dan tolong kasihan sama suami kamu ini yang tidak bisa berhenti memikirkan kamu bahkan saat dia di kantor," ujarnya dengan wajah kesal.
Kalau sudah begitu, aku kayak lilin yang meleleh. Aku menerima semua perlakuan dia yang bahkan nggak mau membuat kakiku menyentuh lantai.
Fred sudah berangkat ke kantor untuk meeting. Kali ini dia meminta aku untuk selalu kasih kabar ke dia setiap satu jam.
Ya ampun. Dulu Fred nggak begini. Sekarang, aku sampai nggak bisa napas karena harus selalu absen ke dia.
"Sayang, aku sudah makan siang." Aku kirim chat begitu.
Chat dibalas. "Please istirahat ya sayang. Atau aku pulang sebentar lagi."
Cepat-cepat aku balas. "Oke Sayang. Aku istirahat dulu, ya."
Aku segera mencoba memejamkan mata. Aku nggak mau mengambil resiko suamiku cepat pulang dan membuat aku nggak bisa bergerak dan cuma di tempat tidur.
Barusan Fred bilang akan membawa aku ke rumah sakit setelah dia pulang kerja. Dia nggak yakin kalau aku cuma masuk angin.
Aku baru saja terbangun dan melihat suamiku sedang duduk di kursi kerjanya. Meja kerjanya sudah penuh dengan dokumen dan ia terlihat serius memikirkan sesuatu. Banyak hal yang harus ia selesaikan sebelum kami pindah ke London.
"Sudah bangun?" suara seraknya terdengar seksi walaupun lelah.
"Sudah. Ke sini dong, Sayang. Aku mau peluk kamu," kataku dengan manja. Aku kangen banget sama Fred karena kesibukannya belakangan ini gila-gilaan. Dia sampai harus mencuri waktu untuk mengajakku dinner setiap akhir pekan.
Ia duduk di sampingku dan memelukku dengan erat. Begitu aku duduk, dia menaruh kepalanya di pahaku. Aku tahu dia lelah, sehingga aku mengelus-elus kepalanya. Dia mengelus perutku sambil tersenyum.
"Maaf ya, Sayang. Aku sibuk terus belakangan ini. Keadaan perusahaan di sini sedang berantakan karena ulah Hugo. Dia menjual beberapa aset yang juga bagianku. Dan sekarang dia menghilang," jelasnya panjang lebar.
Aku tersenyum sambil mengelus lengannya. "Aku nggak masalah selama kamu masih ingat pulang. Yang penting kamu jaga kesehatan. Jujur aja, kamu kelihatan capek banget sayang. Kelihatan berumurnya, sekarang."
Dia mendongakkan wajahnya yang mendadak kesal. Salah satu yang bikin dia nggak suka adalah kalau aku mengingatkan dia tentang rentan usianya yang jauh dariku. Aku sengaja mengatakan itu untuk menjahilinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Addiction
Fiksi UmumWARNING 21+ Arabella seorang mahasiswi cantik yang agak tomboy. Dijebak dalam situasi sulit oleh pengusaha tampan, yang ingin menitipkan benih pada rahimnya. Tanpa pernah bertemu, tanpa pernah kenal, pria itu mengharuskannya hamil dan memaksanya men...