Aku terbangun dalam ruangan kosong dengan cahaya redup.
Mataku tersesat mencari secercah cahaya. Kalau saja badanku tidak terasa remuk, aku mau menjebol pintu itu. Aku nggak tahu ada di mana saat ini.
Bayangan sahabat-sahabatku menari-menari. Pasti sekarang mereka sedang senang dan nggak ingat aku.
Aku meremas telapak tanganku yang perih karena luka. Juga punggung tangan yang penuh luka karena aku meninju pintu ruangan tadi.
Ah, aku kirim chat ke Jessica. Aku butuh pertolongan siapapun.
Aku: "Jess, tolong gue. Gue ada di gudang tua atau rumah tua. Sumpah gue nggak tau ini di mana."
Jess: "lo di mana? Serius. Fred ngamuk-ngamuk nyariin elo."
Aku: "kalau gue tau. Gue udah kasih tau lo dari tadi, urap sayur!"
Jess; "ok. Kasih tau gue ciri-ciri tempat itu.."BRAK!
Suara seseorang membuka paksa pintu dan merampas Hpku. Ah, sialan! Kenapa sih aku nggak bisa cepat sedikit?
Bego banget!
"Jangan pernah berpikir kamu bisa pergi dari sini!" Hugo tersenyum sinis.
"Telpon dia. Lalu kamu bebas!"
"Aku nggak perlu telpon dia. Dia akan menemukan tempat ini."
Wajah Hugo memerah. "Dengar perempuan sialan! Aku muak bermain denganmu! Kalau saja kamu tidak seberapa berarti buatnya. Aku sudah membuangmu di jalanan." ujarnya sambil memegang daguku dengan paksa.
Aku tertawa. Dia pikir aku takut kalau dibuang di jalan. Justru aku mau dia buang aku, biar aku bebas.
Tidak berapa lama. Aku mendengar suara mobil menabrak pintu gerbang. Lalu suara tembakan mengudara, membuat bulu kudukku bergidik.
Tidak aku rasakan sudut bibir yang berdarah. Rasanya sangat tidak enak waktu menelan darah.
Dari dalam ruangan aku mendengar Hugo mengerang karena seseorang memukulnya. Suara Rico dan satu orang lagi yang mendobrak pintu.
Rahang Fred mengeras saat melihat aku duduk dengan wajah penuh luka dan tubuh lemah.
Matanya begitu merah saat menopangku. Aku kira dia hanya menopangku untuk berjalan. Dengan cepat dia mengangkat tubuhku tanpa melihat ke sekelilingnya.
Begitu keluar. Hugo sudah babak belur dengan wajah bersimbah darah.
Semua anak buahnya juga sudah tertelungkup di tanah. Rico tidak datang sendiri.
Saat menggendongku Fred tidak menoleh pada Hugo. Dia meminta Rico untuk membereskan mereka.
"Bereskan mereka! Atau aku yang akan turun tangan!" serunya pada Rico.
Rico menyeringai. Cowok manis yang sedang dekat dengan Jessica itu seperti haus darah.
"FRED PECUNDANG! LAWAN AKU!" teriak Hugo yang masih punya sisa tenaga.
Fred mendekatinya. Menekan lehernya, hingga wajahnya memucat.
"Aku masih menghargai ayah kita dengan tidak membunuhmu. Tapi, sekali lagi kau mengganggu Bella. Aku tidak lagi memikirkan apapun kecuali membunuhmu."
Kata-kata Fred membungkam Hugo dan anak buahnya.
"Ke mana dia?" tanya Fred pada Rico.
"Dia kabur. Aku sudah memeriksa semua ruangan. Dia tidak ada."
"Sudah waktunya kita serius. Menemukan Jason Smith dan kita habisi. Aku sudah tidak ingin bermain-main." Fred berbicara dengan nada dingin.
Tidak pernah aku mendengar nada suara yang begitu angkuh dan marah seperti ini.
Dia tidak lagi ingin berdamai. Dia ingin membungkam siapapun. Dia seperti raja yang tidak ingin kawasannya di datangi musuh.
Fred menyentuh pipiku dengan jari-jarinya."Bella. Jangan pernah berpikir untuk pergi lagi dariku,"
Tenggorokanku kering dan sakit. Tapi mulutku ini tetap saja tidak bisa berdamai dengan keadaan.
"Nggak Fred. Jangan kasihani aku. Aku bisa urus diriku sendiriku. Kamu urus saja hidupmu." Kataku sambil menyentuh dahi.
Fred membersihkan bibirku dengan handuk hangat dan alkohol. Ia tidak menjawab omonganku barusan. Tangannya terus saja sibuk mengambilkan kemeja yang ia bawa, mengobati lengan dan telapak tanganku yang luka.
"Duduklah sebentar." ia mengangkat punggungku sedikit. Lalu terkejut dengan cairan yang membasahi tangannya.
Matanya menatap nyalang pada luka dipunggungku karena terbentur ujung meja dan juga benda tajam. Aku sudah tidak ingat dan juga sudah tidak bisa membedakan rasa sakit.
"Kenapa kamu tidak bilang kalau punggungmu luka?"
"Aku nggak tau...aku..." belum selesai aku menjawab. Dia sudah mengangkat kemeja bagian belakangku.
"Ini. Pakailah, buka bajumu." ia membawakan kemeja favoritku yang berwarna merah marun.
"Tapi, jangan lihat ke belakang."
"Bella. Pakailah, atau aku yang akan memakaikan untukmu."
"Dasar mesum!"
"Aku tidak mesum. Aku hanya ingin mengobati lukamu." katanya lagi.
Dia memang tidak kelihatan menginginkan tubuhku. Bahkan dengan serius, ia mengobati luka di punggungku.
****************************************
Sampai di sini dulu yah...
Aku lanjutin lagi minggu ini.
#littlebees
#littlebeeschallenge
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Addiction
Ficción GeneralWARNING 21+ Arabella seorang mahasiswi cantik yang agak tomboy. Dijebak dalam situasi sulit oleh pengusaha tampan, yang ingin menitipkan benih pada rahimnya. Tanpa pernah bertemu, tanpa pernah kenal, pria itu mengharuskannya hamil dan memaksanya men...