Grateful

11.2K 405 15
                                    

Seluruh tubuhku sakit terutama di pangkal paha. Aku mencoba membalikkan tubuh ke arah jendela perlahan agat tidak membangunkan Fred, karena semalaman aku tidur di lengannya. Aku juga heran dia nggak merasa pegal dari malam sampai pagi membiarkan aku tidur di lengannya.

Ketika aku bergerak sedikit, Fred membuka mata perlahan sambil mengelus dada dan perutku. Seketika aku merinding, dia suka banget menyiksaku belakangan ini. Dia membiarkan aku tidur dalam keadaan telanjang setiap malam.

"Kamu udah bangun? Gimana tidurmu semalam?" tanyaku sambil mengelus pipinya. Mengecup dagunya pelan.

Dia menarik napas, menyentuh rambutku, memainkannya, "tidur terbaik yang pernah aku  alami."

"Oh ya, Fred. Aku bisa masuk angin kalau setiap malam kamu telanjangin."mengucapkan ini aja pipiku merona merah.

Dia tersenyum sambil mengelus punggungku, kakiku menyentuh kakinya. Dadaku tepat pada dadanya. Semuanya begitu sempurna. Aku nggak tahu rasanya intim dengan laki-laki seperti saat ini dengan Fred.

"Aku rasa kamu menyukainya, Sayang."

"Aku ... bukan begitu maksudku. Ehmm ... Fred aku masih capek."kataku lagi sambil menahan tangannya yang mulai bergerilya di bagian bawahku.

"Sepertinya ada yang banjir di bawah sini."

Aku menelan ludah, napasku mulai nggak beraturan.

"Fred. Hhmm ... aku ada janji dengan Fatma. Fred ... "

Dia tidak mendengarkanku. Tetap saja tangannya bergerilya, bibirnya mendarat pada leher dan dadaku. Kalau sudah begini aku nggak yakin bisa lari pagi dengan Fatma.

"Apa kau yakin bisa lari pagi dengan keadaan bawahmu basah begini?"

Aku malu. Malu karena sedikit disentuh sudah basah begini. Aku nggak tahu harus bagaimana, aku ini persis seperti tawanan yang dibikin porak poranda oleh seorang tentara.

Aku nggak bisa menghindari kecupannya yang begitu hangat, tatapan matanya yang intens. Caranya membuatku menikmati semua bagian tubuhnya. Dia juga tergila-gila dengan semua bagian tubuhku. Dia memainkan semuanya persis seperti anak kecil yang menemukan mainan barunya.

Malu banget! Baru dengan jari bergoyang saja aku sudah kayak belut begini.

Dia menari indah di atas tubuhku. Mengangkat kedua tanganku, memasukkan jari-jarinya di sela jari-jariku. Dengan hentakan sekali saja, aku sudah dibuatnya terbang tinggi menyentuh bintang.

Dia seperti berdansa di atas tubuhku. Napasnya memburu, keringat kami menyatu satu sama lain.

"Bagaimana kamu bisa sehebat ini, Fred?"

Dia berhenti sesaat, kemudian mengecup bibirku lagi. Aku membiarkan lidahnya menari di dalam mulutku, menyentuh semua bagian yang ia sukai.

"Aku akan melakukan apa pun agar kamu selalu ingat dengan suamimu yang tua ini, sayang." katanya sambil tersenyum.

Aku tertawa karena dia mengatakan seolah-olah dia sudah tua renta.

"Kamu boleh saja mengatakan aku tua. Tapi, lihatlah yang terlihat dari matamu hanya bagian putih saja."

Aku nggak bisa berpikir selain bersyukur. Aku menikmati semua yang dia lakukan padaku.

"Suamiku. Kapan kamu akan berhenti membuatku kayak korban badai begini?"

 Kapan kamu akan berhenti membuatku kayak korban badai begini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet AddictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang