Pemandangan dari jendela apartemen di kota kecil sangat indah. Kota yang kami tempati ini hampir dekat dengan negara Skotlandia. Masih banyak warganya yang memakai pakaian tradisional.
Suara pintu perlahan terbuka. Fred masuk membawa nampan berisikan jus segar dan roti selai kacang. Seharian kemarin Fred masih jetlag sedangkan aku merasa lemas selama dua hari. Aku menjadi mudah lelah bila terlalu banyak bergerak.
"My love, kamu sudah bangun? Bagaimana tidurmu?" tanya Fred sambil mengusap rambutku. Ia duduk di sampingku yang masih terbaring malas. Kemudian ia menunduk dan mengecup kening dan bibirku.
"Aku bau, yah?"
"Tidak. Aku senang dengan aromamu, seksi."
Aku tertawa mendengar pujiannya. "Kamu gombal terus. Aku gendut begini dibilang seksi," ujarku dengan wajah yang merengut.
"Bagaimana tidurmu?"
"Aku tidur nyenyak sekali. Maaf, selama dua hari ini aku tidur terus. Aku capek banget."
"Jangan meminta maaf. Lihat saja kondisimu sekarang. Aku menyarankan kamu seharian di rumah saja," pinta Fred. Ngomong-ngomong, dia terlihat sangat tampan dengan celana kasual dan kemeja yang digulung hingga lengan.
"Fred, kamu mau kemana? Kok sudah rapi banget, wangi lagi. Aku jadi seneng banget meluk kamu gini," kataku sambil menaruh kepala di dadanya, memasukkan jariku di sela kancing kemeja.
Dia menghentikan tanganku, "My love, itu sangat berbahaya. Aku ingin bertemu temanku. Aku tidak mau terlambat."
Fred membantuku duduk dan menaruh bantal agar aku bersandar.
"Makanlah dulu, anak-anakku di dalam sana butuh makan."
Aku mengangguk, Fred menyuapiku dan menungguku makan hingga selesai.
"Fred, aku mau beli beberapa keperluan bayi. Boleh, kan?"
Dia mengelus rambutku dan mengecup pucuk kepala. Bukan jawaban yang aku terima, tapi gelengan kepala.
"Aku nggak lama, kok. Ajak bik Sri dan yang lainnya juga boleh kalau kamu nggak mau aku sendirian," bujukku lagi. Fred menoleh dan tersenyum dengan sangat terpaksa.
"Sebenarnya aku tidak mau kamu keluar rumah. Tapi, aku juga tidak tega melihatnu terkurung."
Ia menarik napas panjang, tangannya meraih tanganku, mengaitkan jari-jarinya dalam jari -jariku. Ia menatapku begitu dalam.
"Sayang, ada apa?" Aku menyentuh wajahnya, menatap matanya dan mencoba mencari jawaban.
"Aku sangat khawatir terjadi sesuatu denganmu, My love."
Hatiku meleleh mendengar kata-katanya. Fred yang begitu dingin dan tidak takut untuk membunuh. Begitu takut jika terjadi sesuatu padaku.
Kata orang, seberapa berbahaya pun laki-laki, dia akan mudah takluk pada wanita yang dicintai.
Aku menyandarkan kepala pada bahu Fred. Mengusap dadanya lembut agar ia tenang.
"Aku pergi dulu. Kabari aku jika terjadi apa-apa."
Aku tersenyum dan mengecup dahinya.
"Sebelum aku yang kabari kamu, pasti Boni duluan yang akan mengabari bosnya."
Ia pergi meninggalkan kamar dengan wajah yang sedikit tegang. Aku nggak tega menanyakannya lagi. Nanti saja kalau dia sudah pulang, aku tanyakan lagi.
Aku bersiap dibantu bik Sri, ia menyiapkan gaun hamil dan juga blazer berwarna merah tua.
"Non, jangan lupa diminum, yah, vitaminya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Addiction
General FictionWARNING 21+ Arabella seorang mahasiswi cantik yang agak tomboy. Dijebak dalam situasi sulit oleh pengusaha tampan, yang ingin menitipkan benih pada rahimnya. Tanpa pernah bertemu, tanpa pernah kenal, pria itu mengharuskannya hamil dan memaksanya men...