I am not afraid

20.3K 604 7
                                    

Aku bisa mendengar napas Fred memburu seolah-olah ingin menerjang laki-laki yang hanya beberapa meter dari ku.

"Eh , kalian berdua. Ada apa ke sini?"tanya Tante Sania salah tingkah.

Aku kesel bangat lihat gayanya begitu. Murahan banget! Dia pakai gaun belahan dada rendah coba. Aku malu kalau sampai Fred lihat. Reflek aku langsung tutup matanya Fred dengan tangan kananku waktu Tante Sania mendekati kami.

"Aduh ... jangan lihat. Nanti matamu belekan,"

"Aku tidak akan terpengaruh dengan yang ada di depanku, Candy."ujarnya sambil menurunkan tangan kananku. Entah kenapa dia jadi suka panggil aku Candy. Dan aku suka dia panggil aku begitu.

Tante Sania melihat aku dan Fred secara bergantian.

"Kenalin, ini Jason. Teman baru gue, Bell."Tante Sania terlihat senang memperkenalkan laki-laki tinggi yang sejak tadi ngelihatin aku. Tatapannya bukan bikin aku takut. Tapi, aneh.

"Ini Bella? Keponakanmu?"tanya laki-laki itu. Aku mengulurkan tangan dan ia mencium punggung tanganku. Aku gemetaran, karena napasnya begitu panas. Cara dia ngelihat aku juga beda.

Dan dia seolah-olah tidak peduli kalau ada Fred di sini. Padahal aku yakin, Fred kenal sama dia.

"Jadi, ini tawananmu, Fred?"tanyanya yang membuat Fred terkejut dan melirikku.

"Apa maksudmu?"tanya Fred sambil memicingkan matanya.

"Seorang gadis, yang bisa menentukan hidupmu."jawabnya sinis.

"SHIT! You don't know anything about it!"Fred bicara sambil mengatupkan.

Laki-laki itu tidak peduli dan berjalan keluar meninggalkan kami. Fred memandangi punggung laki-laki itu.

"Lo kangen sama gue, Bell? Gimana, Fred memerlakukan lo dengan baik, kan?"

"Tante. Bukannya tante senang dapat banyak uang?"aku mau nangis waktu nanya begini.

"Lo ngomong apa, sih? Curiga banget jadi orang,"

"Bukan curiga, kalian memang sekongkol,"ujarku tanpa bisa aku cegah lagi.

Aku kesal banget. Karena Tante Sania tidak mencoba membicarakan hal ini ke aku. Dia anggap aku ini bodoh dan masih kecil.

"Bella, gue sayang sama lo. Satu-satunya keluarga yang gue punya. Gue nggak ada pilihan."kata Tante Sania sambil melirik ke arah Fred yang cuma duduk sambil makan cemilan, dengan kursi menghadap aku dan Tante Sania.

Semuanya gara-gara dia. Malah dia enak-enakkan ngemil.

"Tante. Kalau aja tante bicara sama aku apa adanya. Aku juga ngerti, aku bukan anak kecil lagi. Aku ini sudah dewasa,"aku bicara dengan suara yang nyaris bergetar. Mata besarku membulat dan berkaca-kaca.

"Jangan ngelihat gue begitu, gue kayak ngelihat Ayla dalam diri lo,"Balasnya lagi sambil menunduk.

Aku terduduk lemas di lantai. Hari ini bertepatan dengan ulang tahun Bunda. Aku malah di sini meributkan hal ini. Apapun itu, aku tidak punya pilihan.

"Bella, gue nggak bisa ngelindungi elo. Lo butuh seseorang yang berkuasa untuk melindungi elo,"Tante Sania menangkup kedua pipiku sambil terduduk di lantai juga.

"Begitu juga dengan hamil anak Fred? Apa itu caranya melindungi aku?"

Mereka saling melirik. Lirikan yang tidak aku mengerti maknanya.

"Bella. Sebaiknya kita pulang sekarang."akhirnya cowok yang dari tadi ngemil itu bersuara.

"Udah selesai ngemilnya?"tanyaku lagi.

Sweet AddictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang