Aku duduk dalam diam di mobil bersama Jessica dan Fred. Aku menjilat bibir menandakan aku tidak tenang, di sebelahku Fred menggaruk sisi kanan kepalanya, hal yang semakin aku perhatikan sering ia lakukan kalau dia galau.
"Mampus gue! Dante dan Farel nungguin kita di Kafe!"seru Jessica yang tidak kalah membuatku kaget juga.
Kasihan mereka.
Aku langsung menghubungi Dante dan meminta maaf pada mereka berdua. Mereka tidak terlalu kecewa, karena bertemu dengan teman lainnya di sana.
Dante bilang, "sudah biasa kalian begitu. Lagian pada ke mana sih?"
Aku berbohong sambil melirik ke Jessica dan mengatakan kalau kita mendadak ke mall beli heels punya Jess yang patah. Mereka tidak akan percaya kalau bilang aku yang beli heels.
Fred berdehem sambil memerhatikan kelakuanku dan Jessica.
Ponsel Jessica berbunyi dan dia tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Aku rasa orang rumahnya meminta dia untuk pulang.
"Besok kita ketemuan deh di luar, gue mau nonton film Dark After."katanya lagi.
Aku mengangguk setuju. Fred mengantar Jessica sampai ke depan rumah mewahnya.
"Mobilmu akan diantar oleh orangku malam ini juga. Maaf merepotkanmu Jess,"ucap Fred sambil melambai ke arah Jessica.
"Tutup teko, lo jangan nangis mulu yah. Katanya preman. Masa preman nangis,"thanks to Jessica karena ngomong kayak gini dengan suara yang nggak pelan.
Fred pasti dengar yang dia omongin barusan.
"Mulut lo udah kayak nggak ada saringannya yah, Jess."balasku lagi.
Tidak berapa lama ia masuk ke gerbang rumahnya dan tidak menoleh lagi.
"Temanmu itu, kalau ngomong suka seenaknya begitu ya?"
"Itu udah biasa. Kami memang begitu, saling memaki, melakukan hal gila bersama dan saling mengingatkan,"
"Paling enggak, dia satu-satunya yang aku punya dan tulus mau berteman sama aku."
Ponsel Fred berbunyi. Kali ini ia terkejut dan mencoba untuk tenang. Ia juga mengusap hidungnya dengan ujung jari.
Ia mengatakan pada orang yang menelponnya. Bahwa dia akan menemui orang yang datang itu.Siapa yang datang?
Laki-laki ini memiliki banyak sekali rahasia. Rahasia yang tidak ingin dia buka.
Begitu l sampai di pekarangan rumah Fred, aku melihat Dua mobil mewah berjejer. Fred tidak tenang sambil sesekali melihatku. Ia menghisap sebatang rokok yang tidak ia nyalakan apinya.
"Bella, jangan terpengaruh dengan apapun. Langsung saja ke kamarmu, ya,"ucapnya sambil berjalan. Cahaya lampu ruang utama menyala dengan terang, mata indah berwarna coklatnya berkilauan. Kilau yang sama yang dimiliki laki-laki tua yang masih terlihat gagah di hadapan kami.
Ia melihatku sekilas yang berjalan melewati ruang tamu.
Aku bisa mendengar tarikan napasnya. "Siapa gadis itu? Kenapa kau tidak berhenti bermain-main dan mulai hidup serius lalu menikah?"tanyanya pada Fred
Mungkin itu ayahnya.
Aku penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. Oleh karena itu aku tidak menutup pintu dengan rapat.
Aku mendengar suara langkah kaki dan helaan napas.
"Ada apa daddy ke sini?" Fred bertanya setengah berbisik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Addiction
General FictionWARNING 21+ Arabella seorang mahasiswi cantik yang agak tomboy. Dijebak dalam situasi sulit oleh pengusaha tampan, yang ingin menitipkan benih pada rahimnya. Tanpa pernah bertemu, tanpa pernah kenal, pria itu mengharuskannya hamil dan memaksanya men...