Daun kering berjatuhan ketika aku sedang duduk di taman menunggu jam kedua kelas pajak. Dante si sahabat yang selalu menjauh itu mendekatiku. Aku kangen sama Dante, Farel dan Jessica. Jessica masih ada kelas, kita sudah janjian ketemu di kafe dekat kampus.
Dante datang dengan wajah tegang. "Apa kabar?"
Aku senang dia sudah nggak marah lagi sama aku."baik. Kamu sendiri gimana? Aku ... mau minta maaf, Dante,"
Alis matanya naik sebelah, khas Dante kalau dia bingung. Mata elangnya meneliti semua kata-kataku."kamu nggak ada salah. Kenapa harus minta maaf,"
"Karena soal Fred,"aku mengatakannya dengan suara yang hampir seperti berbisik.Dante hanya menghela napas, membuka satu kancing blazernya. Bahunya bersandar pada kursi taman.
Aku nggak sabar mau tanya, "apa kamu masih mau jadi sahabatku?"
Ia tersenyum simpul, kemudian menengadahkan wajahnya ke langit. "Aku akan coba, Bella. Tapi, kalau sampai terjadi sesuatu sama kamu. Aku hancurkan Fred dan orang-orangnya."katanya lagi dengan rahang yang mengeras.Aku bisa melihat kalau dia belum sepenuhnya menerima hubunganku dan Fred.
"WOI!" Teriak Jessica dari belakang. Aku baru tahu kalau ada cewek cantik itu bisa jadi jelek kalau teriak kencang banget.
"Teriak lo nggak banget, Jess. Rico bisa struk denger lo teriak."
Dante melihatku bergantian dengan Jessica.
"No! Jangan bilang lo jadian sama tangan kanannya Fred itu!"seru Dante dengan tatapan tidak senang.
Jessica nggak mau kalah malah maju mendekat pada Dante."salahnya gue dimana? Kalau dia suka sama gue, memangnya nggak boleh? Emangnya lo pak lurah? Kenapa semua harus dengan persetujuan lo?!"kata-kata Jessica seperti cewek yang membela pacarnya habis-habisan.Dante yang sudah nggak tahu harus ngapain. Cuma bisa menopang dagu dengan wajah memelas."yah, nggak apa-apa. Gue baru sadar kalau lo berdua demen sama begituan,"
Manik mata Jessica memutar, "maksud lo begituan apaan sih?"
"Yah barang luar."jawabnya lagi asal.
"Tau, ah. Bisa ikutan bego gue ngomong sama lo. Lo udah kesambet apa sih selama nggak ketemu kita, Dan?"tanya Jessica lagi.
Ia terlihat kesal banget sama Dante.Ponselku berbunyi, saat Dante dan Jessica ribut persoalan "barang luar" tadi.
Nomor telepon rumah Fred. Bik Sri pasti yang telepon. Tanpa berpikir panjang aku mengangkat teleponnya.Aku: "halo, bik. Kenapa?"
Bik Sri: "non, berhasil bicara sama nak Fred nggak belakangan ini?"
Aku: "iya tiga hari yang lalu. Cuma tiga hari belakangan kayaknya dia sibuk, Bik. Ada apa?"
Bik Sri: "anu, daddynya nak Fred sakit. Dan seseorang kemarin datang ke rumah mau kasih tau Fred. Tapi, nak Fred nggak bisa dihubungi."
Aku: "kalau nanti dia telepon, aku kasih tahu yah, Bik."
Suara bik Sri terdengar cemas. Dia belum pernah secemas itu.
Aku:"Bik, ada apa? Kok diam?"
Bik Sri: "kemarin Hugo datang dan mengacak-acak rumah. Dia memaksa untuk cari tahu kamu dimana."
Aku: "apa perlunya dia cari aku?"
Bik Sri: "nggak tau non. Oh ya, sudah dulu ya. Nanti bibik hubungi lagi."Telepon tertutup aku menelan ludah karena perasaanku nggak enak. Sudah tiga hari Fred nggak bisa aku hubungi. Ya , terakhir aku video call dia bertelanjang dada itu. Maaf, aku terdistraksi kalau ingat Fred. Hasrat wanitaku kayak melambung tinggi gitu. Apa lagi sudah beberapa hari ini aku nggak bicara sama dia.
Aku menghubungi Rico dan dia nggak jawab teleponku. Sekali lagi aku telepon dan teleponnya sibuk. Aku coba lagi, sampai aku nggak tahan dan mau melempar Hpku ke got. aku bingung harus bagaimana lagi, hingga akhirnya aku kembali ke kursi taman berharap menemukan Dante dan Jessica. Yang aku lihat cuma Dante sedang main game di Hp dan Jessica... dia pindah ke kursi taman satunya. Aku mendekat karena mau meminta pendapatnya tentang Fred. Tapi, kenapa dia ngomong romantis banget gitu? Nih cewek jadi ganjen begini, "Eh, lo ngomong sama siapa sampe senyum kayak orang gila gitu?"tanyaku lagi. Alih-alih menjawab, dia malah menyuruhku pergi. Aku nggak mau nyerah, aku pilih menguping obrolan Jessica sama si penelepon. Aku tahu siapa peneleponnya, "Eh Bekicot! Pantesan aja gue telepon tu si bule jabrik teleponnya sibuk terus!"kataku kesal.
Dengan wajah polosnya Jessica malah bertanya, "ada apa sih, Bell? Ribetin orang pacaran aja."
Aku bertolak pinggang kayak bu RT marahin maling ."gini ya, gulali. Gue ada urusan ama Rico karena gue nggak bisa hubungi Fred."jelasku panjang kali lebar.
Dia bukannya lebih mengerti malah makin nggak tahu diri."ye ... urusannya apa dia sama laki lo?"
Aku mau jitak kepalanya kalau kayak gini. "Ya iyalah, dia kan orangnya Fred. Jess... gue gimana lagi nanya tentang Fred kalau nggak ke dia."
Jessica cuma bisa senyum bego, dia cuma bisa peluk aku habis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Addiction
General FictionWARNING 21+ Arabella seorang mahasiswi cantik yang agak tomboy. Dijebak dalam situasi sulit oleh pengusaha tampan, yang ingin menitipkan benih pada rahimnya. Tanpa pernah bertemu, tanpa pernah kenal, pria itu mengharuskannya hamil dan memaksanya men...