WARNING 21+ Arabella seorang mahasiswi cantik yang agak tomboy. Dijebak dalam situasi sulit oleh pengusaha tampan, yang ingin menitipkan benih pada rahimnya. Tanpa pernah bertemu, tanpa pernah kenal, pria itu mengharuskannya hamil dan memaksanya men...
Udara dingin menusuk kulit di kota kecil ini. Aku tidak tahu kalau pagi hari cuaca akan dingin dan menusuk-nusuk kulit. Tidak semua kota di India memiliki udara yang bersih. Tapi Surat, cukup berbeda. Keaneka ragaman umat beragamanya yang sangat kental. Di kota kecil ini banyak ditinggali penduduk mayoritas bergama islam. Seperti halnya chachi, beliau beragama islam yang menikah dengan chacha atau pamanku yang hindu. Untuk itulah aku punya sepupu bernama Fatma dan Ali. Tapi, sepertinya Chacha mengikuti keyakinan istrinya, meskipun belum menjalankan perintah Tuhan dengan baik. Sama halnya sepertiku.
Kalau Bunda masih hidup. Dia akan sangat marah sama aku yang sudah berubah jadi gadis nakal. Tidak lagi mau beribadah Lima waktu. Ah, aku seperti tersiram air sejuk saat masuk ke rumah paman Arjit dan tante Sara. Wajah tante Sara atau yang aku panggil chachi sangat sejuk dipandang. Siapapun akan menyukainya dari sekali bertemu saja. Ia mengenakan kurti, pakaian sehari-hari wanita India dilengkapi dengan kerudung panjang yang menutupi rambutnya.
Aku tergelitik untuk segera keluar kamar dan melihat Chachi di dapur untuk menyiapkan sarapan bersama asisten rumah tangga. Aku rasa Chacha masih tidur.
Sayup-sayup aku mendengar suara Ali yang ricuh ingin berangkat ke sekolah dengan bersepeda.
"Ali, selamat pagi. Sudah sarapan?"
"Belum sis. Tapi, aku sudah biasa pergi tanpa sarapan,"katanya sambil mengecek keadaan sepedanya. Ali berusia Sepupuh tahun tapi sudah sangat mandiri.
Chachi keluar sambil membawa bekal sandwich untuk Ali. Yang langsung disambut dengan cengiran gembira karena menerima sandwich dari ibunya yang berwajah lembut.
"Bella, ayo masuk dan sarapan. Kamu sudah bangun lebih dulu dari yang lain. Sebaiknya minum sesuatu untuk menghangatkan perutmu."chachi mengusap punggungku lembut.
Aku ingat kalau Bik Sri bangun lebih pagi. Lalu beribadah setiap masuk waktu fajar. Hal yang sudah lama aku tinggalkan.
Maafkan aku bunda.
"Non Bella. Saya cariin kirain ke mana,"Bik Sri datang menghampiri aku dan Chachi yang sedang menata meja makan.
"Aku kepagian Bik bangunnya."jawabku dengan bahasa Indonesia.
Chachi tersenyum sambil berujar, "aku suka dengan bahasa itu. Terutama saat Akash dan Ayla berbicara dengan bahasa itu. Lalu, Arjit juga belajar dari Akash. Sehingga dia mengerti juga. Hanya aku yang susah belajar."ia tersenyum waktu mengucapkan kalimat terakhir.
Semua penghuni di rumah paman Arjit sepakat menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari.
Tidak lama menunggu paman Arjit keluar dari kamar tidur dan mendatangi meja makan lalu menikmati segelas teh yang beraroma khas itu. Fred dan Boni juga sudah rapi dengan pakaian kasual.
Fred terlihat tampan dengan hanya mengenakan celana jin dan kaos oblong abu-abu yang membuat kharismanya membabi buta. Ia menatapku lurus karena aku duduk tepat di hadapannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.