Trip and plan

8.8K 344 5
                                        

Tante Sania berteriak memanggil para pekerja untuk merapikan semua koper yang akan dibawa.

Aku mengenakan kaos lengan panjang berwarna abu-abu dan celana panjang berwarna hitam.

Aku menahan napas ketika melihat Fred datang menghampiri kami yang sedang sibuk membereskan barang.

Dia mengenakan jaket hitam , kaos hitam dan jins berwarna kehitaman juga. Dia terlihat sangat tampan.

"Bella, menurut pamanmu. Kita akan di jemput oleh adik tante Sara." Fred menyampaikan sambil mengelus punggungku. Aku merinding kalau sudah begitu.

Aku mulai mengingat siapa adiknya tante Sara. Kenapa bukan Fatma?

"Aku mau telepon Fatma. Aku lupa kasih tahu dia kalau aku mau datang,"
"Jangan ganggu mereka. Mungkin mereka sedang sibuk."

Aku mulai bertanya-tanya bagaimana aku bisa menikah dengan Fred tanpa persiapan begini?

Dia memerhatikan wajahku yang resah. Begitu juga tante Sania.

"Lo kenapa, Bella? Tampang lo udah kayak mau dihukum gantung!"
"Aku cuma bingung. Bagaimana aku bisa menikah, kalau nggak ada persiapan?"

Fred kembali setelah membawa koper terakhirku untuk diserahkan ke anak buahnya.

"Bella, jangan pikirkan apa pun. Semuanya sudah ada yang mengurus. Dan aku tidak mau, wajahmu berkerut karena terlalu banyak berpikir." katanya lagi sambil mengusap pipiku.

Tante Sania berdehem, "gue masih di sini. Mesra-mesraannya kan bisa nanti kelar kawin."

Aku memalingkan wajah, Fred tersenyum melihat wajahku kayak kacang rebus.

Kami berada di dalam pesawat. Tante Sania daj Bik Sri ada di kabin berbeda. Kabin utama cuma untuk aku dan Fred.

"Sweet candy, kamu percaya padaku?"

Ia menatap mataku dengan lekat. Jemarinya berada di sela jariku. Aku mengangguk sebagai jawaban.

Sebuah pertanyaan bergelayut dalam benakku. Aku bersyukur kalau tante Sania sengaja membiarkan aku dan Fred berduaan untuk saling bicara.

"Bagaimana dengan surat wasiat ibumu, Fred. Apa alasan itu masih menjadi dasar kita menikah?" aku bertanya sambil menatap matanya.

Dia mengecup punggung tanganku. Kemudian berdiri dan mengambil sebuah dokumen dalam lemari kecil. Pesawat pribadi ini seperti berada dalam rumah sendiri. Ruangnya luas dan bisa digunakan untuk beberapa orang untuk beristirahat. Tapi, Fred cuma mau berdua denganku.

Ia membawa sebuah surat wasiat di depanku lalu merobeknya menjadi empat bagian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia membawa sebuah surat wasiat di depanku lalu merobeknya menjadi empat bagian.

Aku melotot karena terkejut dia merobeknya dengan mudah.

"Sweet heart, aku sudah tidak peduli dengan surat wasiat itu. Aku ingin menjadikanmu istriku dengan cara yang benar."

Aku cuma menatapnya dengan perasaan berbunga. Kalau ini mimpi, aku nggak mau bangun karena terlalu indah.

"Fatma dan keluargamu yang lainnya akan datang menjemput." katanya lagi.

"Aku kangen mereka banget, Fred. Aku kangen ayah, kalau bertemu dengan paman Arjit aku ingat ayah." kataku lagi. Ia mengusap kepalaku dan menyandarkan kepalaku ke bahu kanannya.

"Kenapa kamu memilih India untuk menikahiku? Kenapa bukan Paris atau London?"

Ia memainkan rambutku dan mengelus leherku dengan jarinya. Kemudian dia menjawab, "karena aku ingin dekat dengan keluargamu. Merasakan menikahimu di negara asalmu."

"Fred, bisakah kita menikah di rumah paman Arjit saja?"

Ia menunduk sambil mengecup kepalaku, "nanti kau akan melihat sendiri sweet heart."

Aku sangat nggak suka dengan kejutab. Tapi, sepertinya semua orang menyimpan rapat tentang pernikahanku dan Fred. Mereka nggak ada yang ngomong satu pun. Pernikahannya akan diadakan di mana? Siapa saja yang diundang?

Menurut Fred. Aku hanya boleh memikirkan pemilihan pakaian pengantin dan riasan aja.

"Tidurlah, kita akan sampai tiga jam lagi."

Aku terdiam dengan sejuta pertanyaan yang ada di dalam kepalaku.

Satu hal yang membuatku tidur dengan senyum, yaitu keluargaku yang akan datang menjemput.

Continue.....

#challenge30harimenulis
#day29
#challengegrupPerempuanMenulis(PM)

Sweet AddictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang