Sial ! Entah kenapa hari ini aku bangun kesiangan. Ditambah harus ikut kelas pak Hadi, dosen manajemen keuangan yang jarang ngomong. Tapi, auranya udah kayak mau bunuh orang. Ya, kurang Dua menit lagi, dia nggak akan ijinin aku masuk kelas.
"Eh ... Indiahe. Kok bisa sih lo telat? Biasanya udah paling rajin." Jessica menegurku dengan mengetuk pensil ke meja.
"Iya. Abang ojeknya lama banget bawa motornya, Jess. Mau gue keplak aja kepalanya,"jawabku asal-asalan.
"Abangnya tua apa muda? Kalau udah tua, kualat tau rasa, lo."ujarnya lagi sambil meledekku.
"Eh. Entar, Dante dan Farel ngajak kita nongkrong di Kafe Soul. Katanya mereka cari vocalist cewek tuh."
"Hah? Gue nggak tau Jess. Bisa atau enggak. Entah kenapa belakangan ini perasaan gue nggak enak," jawabku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Entah kenapa aku selalu khawatir dengan keadaan Tante Sania. Aku merasa dia menyembunyikan suatu masalah besar.
"Lo yakin nggak ada apa-apa kan di rumah?"tanya Jessica khawatir.
"Sejauh ini masih nggak ada apa-apa, Jess."
"Pokoknya, lo harus telpon gue kalau ada apa-apa. Yang gue khawatirin itu elo bukan Tante lo yang geblek itu,"katanya lagi, obrolan kami mengundang perhatian pak Hadi. Sehingga ia memintaku mengerjakan soal ratio di white board. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.
********************************************
Aku memutuskan untuk pulang naik ojek online dan tidak ikut nongkrong bareng Dante, Jessica dan Farel. Mereka bilang, anytime aku mau dijemput. Mereka akan jemput aku.Baru saja aku sampai depan pintu rumah. Aku dengar ribut-ribut. Ya, itu suara Tante Sania yang memekik karena kesakitan.
"Eh ... lepasin dia! Gue bilang lepasin!"
Aku menghajar Dua orang dengan menendang perut dan kaki mereka. Lalu karena mendengar ribut-ribut, beberapa pria masuk lagi memegang tanganku. Dan mendorongku ke tembok lalu memukul pipiku hingga ujung bibirku berdarah. Aku meludah ke wajah mereka, dan hal itu membuat mereka marah dan menamparku hingga kepalaku berdengung. Brengsek!"Bell, diam jangan ngelawan."ujar Tante Sania sambil menangis.
"Mereka siapa Tante?"tanyaku sambil meringis menahan sakit di tubuh dan bibirku.
"Gue yang salah Bell. Lo nggak boleh ikut-ikut menanggung semua ini." ia menangis dengan dan memandangku dengan khawatir.
Laki-laki berambut panjang menelpon seseorang. Aku hanya dengar, dia mengatakan baik bos beberapa kali.
"Heh ! Bos bilang, dia mau menawarkan negosiasi. Jarang-jarang bos mau ditawar kayak begini,"ujar si pria berambut panjang dan memiliki tubuh berotot.
"Apa tawarannya?"tanya Tante Sania.
"Gue harus bawa ponakan kesayangan lo itu. Atau lo harus balikin uang 300 juta itu besok."ujar pria itu sambil nyengir kejam.
Mataku terbelalak. Untuk apa uang sebanyak itu? Tante Sania menunduk menghindari kontak mata denganku.
"Tolong kasih gue waktu lagi. Jangan besok. Gue akan cari uang itu. Asal jangan bawa ponakan gue,"
"Heh. Dengar! Lo sedang tidak dalam posisi tawar menawar di sini. Bos gue mau malam ini juga ponakan lo dibawa,"ujar pria itu lagi.
Tanganku berkeringat. Aku tidak tahu harus bagaimana. Disaat seperti ini, aku cuma bisa berdoa agar Ayah dan Bunda mencabut paksa nyawaku agar ikut mereka. Tapi, aku juga harus menolong Tante Sania bagaimanapun caranya. Paling buruk, aku bakalan dijadikan simpanan bos mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/178742935-288-k194297.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Addiction
General FictionWARNING 21+ Arabella seorang mahasiswi cantik yang agak tomboy. Dijebak dalam situasi sulit oleh pengusaha tampan, yang ingin menitipkan benih pada rahimnya. Tanpa pernah bertemu, tanpa pernah kenal, pria itu mengharuskannya hamil dan memaksanya men...