My sweet one

12.9K 549 42
                                    

Keningku lebam dan juga punggung yang masih luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keningku lebam dan juga punggung yang masih luka. Aku membuka mata dengan kepala masih tertidur di dada Fred. Tangan kekarnya melingkari pundakku.

Fred mengucek matanya dan menarik napas sambil mengusap wajahku. Seolah-olah aku ini barang antik yang harus ia jaga.

"Bella. Lama-lama pamanmu bisa membunuhku jika tahu hal buruk ini terjadi."

Aku terdiam memandang keluar jendela. Mobil limosin ini berhenti di depan sebuah kafe yang tidak terlalu bagus. Namun cukup menjadi tempat para pelancong melepas lelah dan dahaga.

"Rico keluarlah. Aku dan Bella akan menyusul."

Rico tertawa sinis. "Hanya Tuhan yang tahu apa yang mau kau lakukan pada gadis itu. Aku rasa Tuhan juga akan maklum."

"Diam kau! Cepat turun! Atau kutendang bokong ratamu itu!"

Aku melirik mereka berdua sekilas. Cowok-cowok bule yang ribut kaya anak kecil cuma karena perkara turun ke kafe.

Fred memandangiku lalu menggeleng.

"Beri tahu aku satu hal, Bella. Apa yang harus aku lakukan?"

Ia menggenggam kedua tangannya hingga urat-urat terlihat dari kedua punggung tangannya.

"Aku cuma mau lepas dari semua ini. Aku capek, Fred. Aku nggak masalah melahirkan bayi ini sendirian. Aku akan baik-baik saja." aku mengusap perut rataku. Seolah-olah bayi di dalam perut mendengar apa yang aku katakan.

Tuhan. Bisakah permudah saja semuanya?

Mata Fred terbelalak melihat ke bawah kakiku.

Ia menutup mulutnya, lalu perlahan mengangkat celana panjangku menggulungnya hingga ke betis.

"SHIT!"

Hah?

Aku menunduk, lalu mengangkat sedikit pantatku. Darah segar keluar sudah membasahi celana panjangku. Aku menyentuhnya dengan telapak tangan.

"Fred. Fred, ini apa?"

Dengan wajah panik, ia melompat dari tempat duduknya.

"Kita akan ke rumah sakit sekarang!" teriaknya lagi.

Aku tidak tahu harus berbuat apa. Pertama kalinya, aku merasakan seperti mimpi buruk.

Aku nggak pernah hamil atau keguguran sebelumnya. Tapi, mengetahui ada makhluk hidup di dalam perut. Rasanya seperti keajaiban sekaligus mimpi buruk.

Apa aku akan kehilangan bayi ini?

Fred menghubungi seseorang. "Rey. Aku mau ke rumah sakit sekarang!"

Aku menelan ludah yang sudah terasa pahit. Kepalaku pusing, perutku sedikit tegang.

"Apa, apa yang kamu rasakan?" tanya Fred sesekali menoleh ke belakang dengan keringat mengalir di pelipisnya.

"Aku nggak apa-apa."

Ia menoleh lagi dan meyakinkan dirinya sendiri.

"Aku akan membunuh kalian!" gumaman yang terdengar sedikit keras.

Pandanganku kosong menatap ke depan. Perutku kembali sakit dan aku meringis pelan.

"Bella. Are you with me?"

"Ya. Aku nggak apa-apa."

Terdengar bunyi klason, kami hampir sampai. Tapi terdapat kecelakaan yang membuat mobil berhenti.

Fred tiba-tiba membuka pintu mobil dan turun.

"Ayo. Aku akan menggendongmu. Banyak sekali darahmu." ia terlihat pucat saat ingin menggendongku.

"Fred. Aku masih bisa jalan. Aku bisa jalan sendiri."

Belum selesai aku bicara dia sudah mengangkatku dan berteriak ke semua orang untuk memberikannya jalan.

Ia bersikeras menggendongku ke rumah sakit yang jaraknya tidak terlalu jauh.

"Fred. Aku minta maaf." aku menyentuh pipinya yang ditumbuhi rambut.

Ia terdiam dan mencium pucuk kepalaku.

"Ini bukan salahmu, Bella. Aku lalai menjagamu."

Aku terkesiap dengan tatapan matanya.

"Apa aku akan mati, Fred?"

Ia tidak menyahut. Matanya hanya tertuju pada halaman rumah sakit mewah miliknya.

"Tidak akan aku izinkan kamu mati. Kamu harus melahirkan anak-anakku, Bell."

Anak-anakku?

Aku tahu dia panik dan ketakutan. Dia hanya menutupinya di depanku. Aku bisa merasakan pegangannya pada pinggangku. Tanganya gemetar saat menggendongku. Ia berusaha untuk tidak melihat darah di celanaku.

Kalau begini, aku persis seperti seorang istri yang diantarkan oleh suaminya ke rumah sakit.

"Kenapa kamu senyum, Bell?"

"Thanks. Aku senang ada kamu di saat tersulit dalam hidupku. My sweet one."

Aku nggak peduli kalau aku akan mati, yang penting aku sudah mengatakan apa yang aku rasakan tentangnya.

"Bertahanlah, Bell. Bertahanlah, sayang." ujarnya dengan mencium kepalaku lagi.

Tuhan. Dia barusan panggil aku sayang.

"Fred. Apa kamu sayang aku?"

Ia tersenyum, mengecup lembut bibirku sekilas.

"Sangat."

Tiba-tiba aku merasa tubuhku sudah ada di kasur empuk dengan suster dan dokter yang berlalu lalang.

Bayiku, nggak kenapa-kenapa kan?

Fred?

Samar-samar aku melihat dia menendang pintu dan mencekik Reynold.

*****************************************

#littlebees
#littlebeeschallenge

Maaf guys baru lanjut lagi.

Masih ada kelanjutannya. Maaf karena selalu bikin susah Fred dan Bella.

Nanti mereka akan bahagia kok. Nanti.. nanti. Once upon a time.🥰

Lots of love

Mutisya

Sweet AddictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang