BAB 6

12.8K 584 4
                                    

ZahraPOV

Kepalaku rasanya pusing sekali dan badanku juga terasa sangat lemas, aku membuka mataku secara perlahan. Aku kaget orang yang pertama aku lihat bukan Bunda ataupun Kak Ilham tapi Kak Dito.

"Eh Kak Dito," Kagetku seraua bangkit dari posisi rebahku menjadi duduk.

"Kakak ngapain dikamar aku?" tanyaku lagi karena Kak Dito hanya tersenyum menatapku.

"Udah kamu jangan banyak ngomong, mendingan kamu istirahat aja dulu," ucap Kak Dito lembut sambil mengusap kepalaku.

"Astagfirullah kenapa aku bisa sampai lupa kalau Kak Dito sudah menjadi suami aku," umpatku didalam hati.

Entah kenapa tiba-tibaku kepalaku menjadi pusing kayak gini.
"Aduh... kok kepala aku pusing banget," ringisku sambil memegangi kepalaku.

Kak Dito yang mendengarkan ringisanku langsung saja ia mendekatiku dan duduk disampingku.

"Mana yana sakit? biar mas pijitin kepalanya," ucap Kak Dito sambil menepuk-nepuk pahanya.

Awalnya aku ragu, namun akhirnya aku memberanikan diriku merebahkan kepalaku di atas paha Kak Dito. Kalau boleh jujur keadaan seperti ini dapat membuat jantungku tak berkerja dengan baik. Aku sangat gugup dengan kondisi seperti ini apalagi Kak Dito terus memperhatikan wajahku dari atas.

"Mana yang sakit?" tanya Kak Dito lembut membuatku jadi melayang gitu.

"Yang ini..." ucapku sambil menunjuk pelipisku yang berdenyut-denyut sakit

Kak Dito pun mulai memijat pelipisku dengan telaten dan hati-hati tentunya membuatku melayang entah kemana-mana. Kalau aku boleh saran sih Kak Dito ini cocok jadi tukang pijat soalnya ia sangat telaten gitu, sampai-sampai aku dibuat ingin tidur dibuatnya karena saking enaknya pijatan dari Kak Dito.

"Bagaimana enak nggak?" tanya Kak Dito tersenyum manis kearahku, tentunya aku juga membalas senyumnya itu.

"Enak pakai banget malahan Kak," jawabku disertai cengiran khas dariku.

"Mas..." ucap Kak Dito membuatku bingung sendiri dibuatnya.

Aku mengerutkan keningku, "Maksud kakak?" tanyaku dengan polosnya.

"Panggil aku dengan sebutan mas," ucap Kak Dito yang tidak lepas menatap bola mataku.

"Ooh jadi maksud Kak dito itu toh, dia nyuruh aku untuk memanggilnya dengan sebutan mas, oke aku paham" ucapku dalam hati.

"I-iya m-mas Dito," ucapku gugup, maklumlah belum terbiasa makanya gugup-gugup gitu. Soalnya aku panggil Kakak selama ini gak pernah panggil mas-mas segala kecuali sama mas tukang cilok baru aku panggil dia dengan sebutan mas.

AuthorPOV

"Gimana udah mendingan?" tanya Dito melihat Zahra sudah mulai tersenyum kembali tidak seperti tadi yang merasakan kesakitan.

"Udah mas, makasih ya mas," ucap Zahra mulai menegakkan kembali kepalanya dan menyadarkan punggungnya dikepala tempat tidurnya.

"Iya sama-sama, ini sudah menjadi kewajiban mas sebagai suami kamu Zahra," ucap Dito mengusap pipi Zahra sekilas.
"Yaudah sekarang kamu tidur gih, ini udah larut malam," sambung Dito sambil mengelus kepala Zahra yang masih tertutup hijab.

"Iya mas," jawab Zahra mulai merebahkan kembali kepalanya dan menutup matanya hingga akhirnya ia benar-benar tertidur pulas.

Sedangkan Dito hanya memerhatikan wajah polos istri kecilnya. Wajah yang bersih tanpa polesan kosmetik sedikitpun. Dito mengecup kening Zahra dengan lembut sebelum ia juga ikut menyusul Zahra kedalam alam mimpi gadis yang tertidur lelap didepannya ini.

Kekasih Halal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang