BAB 12

10.6K 484 9
                                        


"Mas makanannya udah siap, ayo buruan turun mas," panggil Zahra.

"Iyaaa sayang tunggu bentar"ucap Dito.

"Aku tunggu di meja makan ya mas"

"Iyaa"

Dito pun bergegas turun untuk menyantap masakan buatan istrinya karena perutnya saat ini sangat lapar minta di isi. Dito pun mengambil tempat duduk di samping Zahra, Zahra dengan telaten mengambilkan nasi beserta lauknya untuk Dito.

"Makasiii sayang," ucap Dito langsung melahap makanan itu.

"Ini kamu yang masak?" tanya Dito.

"Iya mas, tapi di bantuin juga sama Bi Bnah"

"Hmm," Dito hanya bergumam dan melanjutkan acara makannya.

~kamar

"Sayang 1 minggu lagi kamu UN ya?" tanya Dito memperhatikan istrinya yang tampak serius mencoret-coret kertas didepannya.

"Iyaa mas, karena itu aku harus belajar sungguh-sungguh mas supaya aku mendapatkan nilai yang terbaik mas."

"Emangnya kamu mau lanjuti dimana?" tanya Dito memeluk tubuh Zahra dari belakang.

"Rencananya sih di Universitas Indonesia mas"

"Hmm... good luck sayang," ucap Dito sambil mencium puncak kepala Zahra yang tertutup hijab.
"Kalau kamu ada yang ga ngerti panggil mas aja ya," tambah Dito.

"Iyaa mas"

Zahra pun kembali membahas soal-soal mulai yang termudah sampai yang tersulit.
Namun ada satu soal yang membuat kepala Zahra pusing padahal Zahra sudah mengulangi beberapa kali namun tidak juga mendapatkan hasilnya. Sampai Zahra memukul-mukul kepalanya menggunakan pulpen karena tidak kunjung juga mendapatkan hasilnya.
Dito yang melihat istrinya sedang kesusahan langsung menghampiri Zahra.

"Kamu kenapa?"

"Ini mas pusing akunya padahal udah aku ulang beberapa kali namun ga juga dapat hasilnya." keluh Zahra.

"Yang mana sini mas liat"

"Yang itu mas"

"Oh yang ini,gini caranya kamu bisa pakai rumus yang ini supaya lebih simpel aja terus kamu kalikan dengan ini, kan dapat hasilnya seginikan terus kamu bagi dengan yang ini dah dapat deh hasilnya mudah bukan." ucap Dito.

"Oooh iya ya mas lebih simpel caranya, pantasan aja gak dapet² hasilnya gak aku kalikan dengan yang ini," ucap Zahra menyadari dimana letak kesalahannya barusan.

"Hahah, itu makanya baca dengan teliti soalnya dulu baru deh di jawab"

"Hehehe iya bosku"

"Ada lagi yang gak kamu ngerti"

"Emm... kayaknya gak ada lagi deh mas, makasiii ya mas," ucap Zahra mencium pipi Dito lalu pergi meninggalkan Dito yang masih mematung.

1

2

3

"Udah mulai berani kamu sekarang ya," ucap Dito lalu pergi menyusul istrinya.
Dito pun mencari Zahra namun tak kunjung ia temukan.

"Sayang kamu dimana sih?" teriak Dito. "Awas ya kalau kamu sampai ketemu gaK mas beri ampun kamu," tambah Dito sambil tersenyum jahil.
Dito pun mendekati  lemari dengan hati-hati supaya Zahra tidak mengetahui aksinya.

1
2
3

"Kena kamu," teriak Dito kegirangan dan langsung memeluknya dari belakang.

"Kok kamu gedutan sekarang sih?"tanya Dito lalu membalikkan tubuh orang itu.

"Lho... kok Bi Inah sih?" tanya Dito kaget. Ternyata orang yang di kira Dito itu Zahra ternyata itu Bi Inah yang lagi bersihin lemari.

"Ya ampun den... kenapa peluk-peluk Bibi sih den nanti non Zahra salah paham lagi," cemas Bi Inah.

Sedangkan di sisi lain Zahra sedang menahan tawanya karena melihat wajah suaminya sudah berubah seperti kepiting rebus. Zahra pun keluar dari tempat persembunyian nya dan langsung tertawa terbahak-bahak.

"Hahahah kamu ngapain peluk bi Inah sih mas? nanti kang ujang marah lho," ledek Zahra sembari mendekati suaminya dan juga Bi Inah.

"A-aku kira itu kamu sayang," ucap Dito malu.

"Non maafin Bibi non, Bibi gak ada maksud bikin non cemburu atau apalah, Bibi aja kaget tiba-tiba den Dito meluk Bibi dari belakang non," ucap Bi inah cemas.
Sedangkan Dito mengaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Udah lah Bi gak usah cemas gitu lah Bi, aku gak marah kok sama Bibi," ucap Zahra lembut.

"Benaran non?"

"Iya Bi Inah, benaran aku ga marah kok."

"Makasih non... Yaudah non, den bibi permisi kebelakang dulu ya," pamit Bi Inah.

"Iyaa Bi silahkan," ucap Zahra, Dito kompak.

Setelah Bi Inah pergi Dito pun langsung menerkam Zahra dari belakang dan membopong tubuh mungil Zahra ke dalam kamar. Zahra sudah beberapa kali memberonta tapi tidak kunjung juga di lepaskan oleh Dito. Dito meletakkan tubuh Zahra di atas tempat tidur dengan hati-hati. Lalu membisikkan sesuatu di telinga Zahra.

"Kamu harus tanggung jawab," ucap Dito mampu membuat bulu-bulu kuduk Zahra berdiri semua.

"M-maksud m-mas apa sih, a-aku gak ngerti?" tanya Zahra terbata-bata. Sedangkan Dito hanya tersenyum jahil kearah Zahra.

"Aduh... jangan-jangan mas Dito minta hak nya lagi, jangan sekarang dong mas aku masih sekolah,"batin zahra memohon, ya walaupun tidak didengar oleh Dito.

"Iyaaa kamu harus tanggung jawab," ucap Dito.

"J-jangan s-sekarang dong mas a-aku masih sekolah, ntar aja k-kalau a-aku udah lulus," ucap Zahra terbata-bata membuat Dito tertawa geli melihat tingkah istrinya itu.

"Hahah, pikiran kamu ya negatif mulu isinya," ucap Dito terkekeh geli. "Mas gak minta hak mas sekarang kok mas cuma butuh pertanggung jawaban dari kamu aja," tambah Dito masih dengan seringai hasilnya.

"A-apa mas?" gugup Zahra.

"Simpel kamu cukup pijitin mas, soalnya badan mas lagi pegal-pegal semuanya nih," ucap Dito merenggangkan otot-ototnya.

"Alhamdulillah... di kirain minta yang aneh-aneh," batin Zahra lega.

"Huft lega..." ucap Zahra.

"Udah ayo cepatan pijitin mas," perintah Dito.

"Iya mas Dito iya..." gemas Zahra, dan mulai memijitin tangan Dito.

●♡●

Bersambung....

Jangan lupa vote + comment ♡

Kekasih Halal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang