~kamarKini Zahra sedang memasukan pakaiannya dan juga pakaian Dito kedalam koper.vSedangkan Dito sibuk dengan berkas-berkas kantornya.
"Mas"panggil Zahra.
"Iya sayang ada apa?" tanya Dito sambil menatap istrinya itu.
"Mas kita benaran pindahan besok?" tanya Zahra memastikan keputusan dari Dito.
"Iya sayang, emang kenapa?" tanya Dito sambil meletakkan berkas yang dipegangnya diatas meja dan memilih mendengar ucapan Zahra.
"Eum... aku gak tega aja mas ninggalin Bunda, apalagi Ayah kan baru saja meninggal masa udah kita tinggalin aja mas," ucap Zahra tidak tegaan meninggal Bundanya sambil menundukkan kepalanya, "Kalau bunda kesepian gimana?" lanjut Zahra.
"Sayang sini deh," ujar Dito sambil menepuk-nepuk sofa yang kosong di sampingnya.
Zahra pun berdiri dan menghampiri suaminya itu."Bunda gak akan kesepian kok sayang, kan Bunda gak sendirian di rumah masih ada Kak Ilham sama Kak Sheila." ucap Dito sambil mengelus-ngelus kepala Zahra yang ditutupi oleh hijabnya.
"Iya mas, kan tetap saja Bunda kesepian kalau Kak Ilham pergi ke kantor mas," ucap Zahra sambil menatap suaminya itu.
"Gini deh, ntar kalau kita udah pindahan kita sering-sering aja main kesini," ujar Dito menangkan Zahra.
"Udah sekarang kamu jangan sedih lagi dong," sambung Dito sambil meletakkan dua jari telunjuknya di sudut bibir Zahra dan menggerakan jarinya untuk membentuk senyum kecil di bibir istrinya.
"Beneran ya mas," ucap Zahra dengan mata berbinar.
"Iya sayang, dan satu lagi mas gak mau liat kamu sedih lagi ya, kalau kamu sedih kamu tambah jelek tau gak," ucap Dito sambil mencubit pipi cabynya Zahra.
"Ish... Enak aja orangnya cantik gini masa di bilang jelek sih,jangan-jangan mata mas katarak ya," Zahra pun kembali menjahili Dito.
"Wees udah berani ya kamu katai suaminya kaya gitu," ucap Dito sambil menggelitiki pinggang Zahra sampai Zahra ketawa-tawa tidak jelas karena merasa geli.
"Hahha... ampun mas... aaduh geli mass... udah dong mas geli hahah," ucap Zahra di sela-sela tawanya karena tidak tahan lagi mendapat ngelitikan dari suaminya itu.
Dito pun berhenti menggelitiki Zahra kemudian Dito menggenggam tangan Zahra seraya berkata, "Mas cinta sama kamu," ucap Dito tersenyum mendapati istrinya yang sedang tersenyum lebar.
Seketika senyuman Zahra menghilan karena pengakuan dari Dito tadi, tidak lama kemudian Zahra kembali tersenyum.
"Zahra juga cinta sama mas Dito," ucap Zahra setengah berteriak.
"Makasih sayang," ucap Dito mendekatkan wajahnya dengan Zahra sehingga hidung mancung Dito dan Zahra beradu sehingga tidak menyisakan jarak sedikit pun.
Sedangkan Zahra sedang mengatur detak jantung dan menutup matanya.
"Jangan-jangan mas Dito mau cium aku lagi, duh kok deg degan gini sih," pikir Zahra sudah kemana-mana.
Bukannya mendapatkan cium atau apalah tapi Dito malahan meniup kelopak mata Zahra sehingga Zahra langsung membuka matanya.
"Mikir apa hmm...?" tanya dito, "Kenapa merem?"tambah Dito lagi sambil menaik turunkan alis matanya.
"E-enggak kok t-tadi wajah mas itu terlalu dekat dengan wajah Zahra jadi Zahra merem deh," jawab Zahra gugup dan memalingkan wajahnya dari Dito.
"Ah yang bener? Jangan-jangan kamu miikir mas bakal cium kamu ya, ayo ngaku," goda Dito menaik turunkan alisnya lagi. Mampu membuat wajah Zahra merah seperti kepiting rebus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Halal [END]
Jugendliteratur[B e l u m r e v i s i] Siapa yang tidak akan kaget saat mendengarkan kata "PERJODOHAN" dengan seorang pemuda yang sukses bahkan pemuda yang sangat diidam-idamkan oleh para kaum hawa diluar sana. Namun tidak bagi Zahra, ia merasa itu adalah sebuah...