2. Nonada Ambarawa

17.4K 665 50
                                    

Panggilannya Nada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Panggilannya Nada. Gadis itu keluar dari masjid karena baru saja melaksanakan salat zuhur. Setelah memakai kembali sepatunya, Nada mencari-cari Sekar-sahabatnya. Sepertinya Sekar masih di dalam masjid. Sambil menunggu Sekar, Nada mengelus gelang mungil di pergelangan tangan kanannya, sambil mulutnya menggumamkan dzikir.

"Subhanallah wa bihamdih, Subhanallah wa bihamdih ..." saat kepalanya terangkat, kebetulan sekali, segerombolan siswa laki-laki melewatinya. Hati Nada bergetar. Salah satu diantara mereka adalah Raka. Adik kelas yang berhasil mencuri perhatiannya dengan segala sifat baiknya. Nada pernah dengar, jika Raka yang sering kali adzan di masjid sekolahnya. Selain wajah tampan, dia pintar dan baik. Benar kata orang, jika orang baik lebih dominan disukai. Contohnya saja Raka, masih kelas 10, tetapi berhasil mencuri perhatian banyak orang, termasuk Nada yang sudah kelas 11.

Sayang sekali, perasaannya itu, hanya dapat Nada pendam sendiri. Nada membiarkan perasaannya begitu saja, tidak ingin terlalu banyak berharap, mengingat banyaknya kaum wanita yang juga mengagumi Raka, bahkan ada yang menunjukannya secara terang-terangan. Sedangkan Nada, hanya mampu mengagumi sendiri tanpa perlu balasan yang berarti. Meskipun terkadang, hatinya sedikit nyeri saat melihat lelaki itu didekati oleh beberapa siswi.

"Nada, nanti temenin ke ruang guru dulu, ya?" lamunan Nada buyar oleh Sekar yang tiba-tiba sudah duduk, dan sedang menggunakan sepatunya. Nada mengerjapkan matanya. Sejak kapan Sekar sudah ada di sampingnya? Astagfirullah, terlalu terbuai akan ciptaan-Nya, membuat Nada lalai akan keberadaannya sendiri.

"Mau ngapain?"

"Tadi Fia anak kelas sebelah bilang, kelas kita disuruh ambil LKS Sosiologi sama Bu Ayu." Nada mengangguk mengiyakan.

Mereka berjalan menuju ruang guru yang tidak terlalu ramai, karena sebagian guru ada yang sedang melaksanakan shalat dzuhur.

"Permisi, Bu. Kita mau ambil LKS."

"Kelas 11 IPS 1, ya?"

"Iya, Bu."

"Oh, ini." Wanita hamil itu menunjukkan tumpukkan buku di hadapannya.

"Makasih, Bu."

"Iya sama-sama." Kemudian, Nada dan Sekar berjalan hendak keluar ruang guru, tetapi pandangan Nada mengarah kepada sosok lelaki yang sedang duduk di hadapan meja Pak Sugiarto-selaku kesiswaan sekaligus merangkap sebagai guru bahasa Inggris. Lelaki itu bersama seorang lelaki paruh baya. Tapi, tunggu. Sepertinya Nada mengenali lelaki paruh baya tersebut.

"Ah, dia Om Hendra, kan?" Nada bergumam, "kok ada di sini?" pasalnya, untuk apa teman Ayahnya ada di sekolahan Nada?

"Kamu kenal?" tanya Sekar tiba-tiba.

"Iya, dia om Hendra, teman Ayah. Kemarin lusa ke rumah sama istrinya."

"Kalo yang cowok di sebelahnya, kamu kenal?" Nada menggeleng.

AKAD [Candrasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang