Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ^^
**Seusai mandi, Candra langsung turun untuk makan malam. Sedangkan Nada baru saja memasuki kamar mandi. Di ruang makan, tinggal beberapa orang yang masih di sana. Mungkin, yang lainnya sudah pulang. Diantaranya masih ada tante Melia, serta Maghia sepupu Candra. Dan juga masih ada Tante Yora, adik dari Hendra–Papa Candra bersama suaminya, yaitu Om Bima. Tante Yora memiliki putri kecil bernama Ira yang masih berusia 20 bulan.
Candra menghampiri meja makan, lantas duduk di dekat Papanya yang sedang mengobrol dengan Om Bima–suami Tante Yora. Sedangkan para wanita ada di dapur.
"Pa," panggilnya.
"Kenapa?"
"Candra minta mobil," ucap Candra tiba-tiba. Membuat Hendra mengernyit bingung. Pasalnya, Candra lebih suka mengendarai motor ketimbang mobil. Tetapi, kini, dia malah meminta dibelikan mobil.
"Kenapa tiba-tiba?" tanya Hendra.
"Tapi, kalau Papa nggak mau, juga nggak apa-apa. Candra bisa nabung," tandasnya cepat. Candra merasa tidak enak kepada papanya, karena selama ini dia selalu meminta ini itu kepada sang Papa. Dan papanya selalu menuruti apa kemauan Candra.
"Bukan begitu, masalahnya, kamu tumben pengin beli mobil. Biasanya juga lebih suka gonta-ganti motor."
"Iya, kenapa, Can? Tumbenan kamu?" tanya Om Bima sembari memasukkan kentang goreng ke mulut Ira yang ada di pangkuannya.
"Buat berangkat sekolah. Candra kan mesti berangkat sama Nada, Pa. Dan nggak mungkin kalau kita naik motor. Pasti bakal banyak yang curiga."
"Oke, Papa belikan." Candra menatap papanya dengan sedikit tidak percaya.
"Beneran, Pa?" tanya Candra. Hendra mengangguk sebagai jawaban.
"Makasih, Pa." Hendra mengangguk dengan seulas senyum. Begitu juga dengan Candra.
Tak lama, Maghia datang dari arah dapur membawa dua piring berisi semur ayam, serta sayur kangkung. Kemudian, meletakkan piring-piring tersebut, lantas Maghia duduk di samping Candra.
"Can, kok lo jadi jarang main ke rumah, si? Kan, gue kesepian," ucap Maghia dengan sedikit merajuk. Tangan cewek itu bergelanyut manja pada lengan Candra tanpa malu jika dihadapannya ada Hendra dan Om Bima. Candra juga tidak terlalu memusingkan Maghia yang manja kepadanya, karena hal itu sudah biasa baginya.
"Gue akhir-akhir ini sibuk," jawab Candra seadanya.
"Oh iya, besok kalian berangkat sekolah dari sini aja, terus habis pulang sekolah, kalian bisa pindah ke rumah baru kalian," kata Hendra tiba-tiba.
"Rumah baru, Om?" tanya Maghia sedikit terkejut. Sedangkan Hendra mengangguk sebagai jawaban.
"Tinggal berdua aja?" tanyanya, kini pandangan gadis itu sudah beralih ke Candra. Dan Candra juga mengangguk sebagai jawaban. Tampak ada raut tidak bahagia pada wajah gadis itu.
"Gue main kapan-kapan boleh kan?"
"Boleh."
Tak jauh dari sana, berdiri seorang gadis dengan kerudung birunya. Nada menatap Maghia dan Candra.
Apa Candra tidak merasa risih digelanyuti seperti itu oleh orang yang haram baginya? Apa Candra juga tidak tahu jika Maghia menyukai cowok itu?
"Eh, Nada. Sini nak, makan dulu." Panggil Felia yang tiba-tiba muncul dari arah dapur dengan piring makanan di tangannya. Nada menghampiri Mama mertuanya itu lantas mengambil alih piring yang Mama Felia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAD [Candrasa]
SpiritualSudah lengkap di Karyakarsa "Menikah muda untuk ibadah. Untuk menyempurnakan separuh agama. Bukan sekedar bermain cinta remaja." [Nonada Ambarawa] ®15+ [Banyak banget bahasa kasar, ambil positifnya saja, yang negatif jangan diambil] WARNING! Sudah b...