27. Retorika Cinta

10.2K 468 56
                                    

Terima kasih sudah membaca cerita AKAD.

Untuk cerita lengkap sudah bisa dibaca di KaryaKarsa dengan profil penulis dan judul cerita yang sama.

Btw, cerita AKAD sudah deal dengan platform Pogo Fm, nanti bakal ada versi audiobook-nya. Dan kabar baiknya, kalian bisa nikmati secara gratis. Cuma tinggal download aplikasinya saja ya.

Stay tune buat audiobook-nya. Secara berkala bakal aku informasi kan kalau sudah mulai tayang.

Disc.

Versi Wattpad belum sepenuhnya revisian. Kalau mau baca yang rapi dan lebih nyaman di baca, silakan lari ke KaryaKarsa.

***

20.30

Candra melirik Nada yang sedang duduk pada karpet di lantai. Candra melihat buku-buku yang berserakan di hadapan gadis itu. Usai shalat Isya tadi, dengan Candra yang menjadi imam shalat, Nada bergegas mengerjakan tugas yang besok harus dikumpulkan.

Sedangkan dari tadi, Candra hanya memainkan ponselnya dengan bosan dan sesekali melirik Nada. Keadaannya dengan Nada seperti berbanding terbalik. Candra yang sudah kelas 12, tetapi sangat santai dalam hal belajar. Sedangkan Nada yang masih kelas 11, sangat rajin dalam segala hal, termasuk belajar.

"Nada," panggil Candra tanpa sadar. Nada mengalihkan fokusnya dari buku di hadapannya ke arah Candra yang sedang bersandar pada kepala ranjang. Kemudian, cowok itu berganti posisi menjadi tengkurap.

"Kok lo rajin banget belajar? Padahal masih kelas 11. Sedangkan gue yang udah kelas 12 aja masih santai."

"Aku belajar karena aku masih bodoh. Makannya kalau orang yang bodoh itu harus banyak belajar, biar pintar."

"Tapi waktu itu Mama bilang, rangking lo di kelas bagus."

"Memangnya rangking sudah menjamin seseorang itu pintar?"

"Ya iya, lah."

"Tapi, apa pintar sudah menjamin seseorang itu untuk sukses?" Candra diam berpikir.

"Seseorang yang pintar belum terjamin kesuksesannya. Tapi, kalau orang yang rajin, kelak pasti akan sukses. Makannya, Nada mau jadi orang yang rajin. Siapa yang bersungguh-sungguh, dia berhasil." Ucapan Nada barusan membuat Candra bangkit dari ranjang dan berjalan menuju meja belajar. Di kamar itu hanya ada satu meja belajar, makannya Nada memilih belajar di lantai ketimbang di meja. Nada pikir itu untuk Candra belajar.

Saat akan mengambil bukunya pada tumpukkan buku tulis lain, mata Candra tidak sengaja menemukan selembar kertas bewarna pink. Candra menatap Nada yang sedang fokus dengan tugas sekolahnya. Candra kembali menatap kertas pink tersebut, kemudian mengambil, dan membacanya.

Retorika Cinta

Mencoba bersamamu indahnya sastra cinta,
yang melumpuhkan akal logika,
dan selalu menutup kedua mata,
ketika semua hidup berjalan bagai retorika.
n.a

Candra mengernyit setelah membacanya. Sedikit tidak mudeng dengan kata-kata puitisnya. Tetapi lumayan paham dengan kata cinta di dalamnya. Candra pikir, itu merupakan ungkapan kata cinta seseorang yang tidak dapat dideskripsikan dengan logika. Saat membalikkan kertasnya, ternyata masih ada tulisan lain.

Candra membacanya dengan kernyitan di dahi. Pikirannya berkecamuk. Usai membaca, Candra menatap Nada dengan pandangan yang sulit diartikan. Candra sendiri tidak tahu mengenai pikiran dan hatinya saat ini.

"Kak?" panggil Nada. Membuat lamunan Candra buyar. Candra buru-buru meremas kertas berwarna pink tersebut, lalu memasukkan ke dalam saku celananya dengan cepat.

AKAD [Candrasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang