21. Cinta dan Kepercayaan

10.6K 435 33
                                    

Untuk cerita lengkap AKAD ada di KaryaKarsa :)

Bagian 21 Cinta dan Kepercayaan

Nada bangun dari tidurnya untuk salat tahajud seperti malam-malam biasanya. Nada meregangkan otot-otot tangannya yang pegal karena malam ini pun, Nada masih tidur di sofa. Bedanya, sofa kali ini lebih besar dari yang ada di kamar Candra sebelumnya. Nada ingin membangunkan Candra untuk salat tahajud bersama, tetapi masih ragu, lantaran melihat Candra yang tidur sangat lelap. Akhirnya, seperti malam sebelumnya, Nada salat tahajud sendiri.

Bagi sebagian orang, sangat sulit bangun dini hari untuk melaksanakan salat. Mereka lebih senang menarik selimut untuk tidur hingga siang. Bahkan sampai ada yang meninggalkan salat wajibnya, yakni salat subuh. Berbeda dengan orang yang sudah biasa melaksanakannya. Mereka akan terbangun dengan sendirinya, bahkan tanpa alarm sekalipun. Dengan sendirinya akan tergerak untuk bangun dan melaksanakan salat malam. Mungkin hatinya sudah terikat dengan Allah.

Usai salat tahajud, Nada melanjutkan dengan membaca Al-Qur’an. Dan suara Nada berhasil membangunkan Candra dari tidurnya. Rasanya, Nada sudah menjadi alarm bagi Candra. Suara lantunan ayat-ayat-Nya sudah menjadi alarm tersendiri yang membuat mata lelaki itu terbuka. Padahal baru dua hari pernikahan mereka berjalan. Sungguh, benar kata papanya, jika pengaruh Nada sangatlah dahsyat. Candra bangkit dari tidurnya. Hal itu membuat Nada menghentikan bacaannya sebentar, lantas menatap Candra yang berjalan menuju kamar mandi. Terdengar suara gemericik dari dalam kamar mandi. Apakah Candra mandi? Ah, paling hanya buang air kecil, pikirnya.

Setelah keluar dari kamar mandi, cowok itu mengambil sajadah yang ada di lemari, lantas menggelarnya. Lalu, Candra mengenakan sarung serta kopiah hitamnya. Semua yang Candra lakukan tidak luput dari pengamatan Nada. Nada terkesiap saat Candra sudah menatapnya.

“Ngapain liatin gue sampai segitunya? Awas, nanti jatuh cinta,” kekehan kecil keluar dari mulut cowok itu.

“Sudah,” gumam Nada. Candra terkesiap mendengar gumaman itu. 

“Eh? Ngomong apaan tadi?” tanya Candra.

“Emm, enggak ada.” Candra mengedikkan bahunya tak acuh. Lantas melanjutkan kegiatannya untuk salat tahajud. Nada tersenyum, lantas melanjutkan membaca Al-Qur’an dengan tidak terlalu keras.

***

Saat azan subuh terdengar, Candra pergi ke masjid di dekat rumah barunya. Sedangkan Nada salat ssubuh di rumah sendirian. Usai salat subuh, gadis itu menyambar kerudung instannya, lantas pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Nada tidak terlalu pandai memasak, tetapi jika hanya memasak mie instan, telur ceplok, nasi goreng, sup, dan beberapa tumis sayuran dia bisa. Nada juga biasanya hanya membantu Bunda memotong sayur atau membuat sambal di dapur.

Ternyata di lemari es masih kosong, hanya ada beberapa botol minuman. Nada menghela napasnya, lantas berjalan ke meja makan, dan duduk di sana menunggu Candra pulang. Suara handel pintu terbuka menampakkan sosok Candra di sana yang sudah melepas kopiahya.

“Ngapain duduk di situ kayak orang dungu? Nungguin gue?” Nada hanya mengehela napas saat Candra mengatakan kosa kata yang kurang baik menurutnya. Candra baru saja mengatakan Nada seperti orang dungu!

“Nada mau masak, tapi enggak ada bahan masakan.”

“Oh, makan di kantin aja nanti. Habis pulang sekolah kita belanja, deh,” kata Candra memberi usulan yang langsung Nada setujui.

AKAD [Candrasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang