Candra masih membeku di tempatnya, matanya tidak berkedip menatap pintu bilik yang barusan ditutup dengan sangat kencang. Sedangkan orang di dalam bilik sudah ketar-ketir, panas dingin. Bagaimana bisa ada lelaki di dalam toilet perempuan? Dan parahnya lagi, kenapa laki-laki itu Candra? Dengan perasaan was-was, dia keluar dari bilik.
"Nada," lirih Candra, saat melihat seseorang itu keluar dari bilik toilet.
"Kamu ngapain ada di sini?" tanya gadis itu penuh selidik. Nada menatap pintu yang tertutup. Dan ternyata pintunya dikunci dari dalam. Pikirannya tambah berkecamuk memikirkan hal-hal negatif tentang Candra.
Sedangkan Candra yang sadar akan tatapan Nada, langsung melotot, "Eh, jangan salah paham!! Gue nggak ngapa-ngapain, suer!" Candra mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V, berusaha membela diri dan meyakinkan gadis itu.
"Jangan negatif dulu pikirannya, gue bukan mau cabul atau melakukan hal buruk lainnya!"
"Terus kenapa harus dikunci?" Nada kembali bertanya. Candra buntu ingin mengatakan apa. Dan tanpa menunggu Candra menjawab, Nada memilih keluar dari sana. Dia membuka kuncinya, lantas membuka pintunya dengan terburu-buru, namun, naas, Nada menabrak seseorang saat baru saja keluar dari toilet. Saat melihat orangnya, ternyata ada Bu Herlina di sana.
"Maaf, Bu. Saya permisi." Nada tersenyum kepada Bu Herlina, lantas segera berjalan meninggalkan tempat itu, tetapi, panggilan Bu Herlina menghentikannya.
"Nada, tunggu!"
"Kenapa, Bu?"
"Apa yang barusan kalian lakukan di dalam sana?" tanya Bu Herlina sembari menatap ke dalam toilet, yang ternyata ada Candra yang sedang menatap ke arahnya. Nada gelagapan, bingung ingin mengatakan apa.
"Ka-kami tidak melakukan apa pun, Bu," ucapnya sedikit gugup, sedangkan di sana, Candra masih menatap ke arahnya dengan santai.
"Kalau tidak melakukan apa pun, kenapa pintunya harus dikunci dari dalam?" Nada diam. Nada juga tidak tahu kenapa Candra mengunci pintunya dari dalam.
Kemudian Bu Herlina mengembuskan napasnya berusaha bersabar, lantas menggelengkan kepala, dan berdecak, "Anak muda jaman sekarang."
Nada ingin menyanggah, tetapi Bu Herlina langsung menyela, "Sudah. Kalian berdua ikut Ibu ke Perpustakaan!" perintahnya.
"Sekarang, Bu?" tanya Candra yang sudah menghampiri Nada dan Bu Herlina.
"Iya, sekarang! Ayo!"
"Tapi, Bu–"
"Tidak ada tapi-tapian. Ayo!" Bu Herlina berjalan mendahului mereka menuju Perpustakaan. Sedangkan Candra dan Nada mengekorinya di belakang. Sesampainya di Perpustakaan, Bu Herlina memilih tempat duduk, untuk mereka berbicara. Kebetulan sekali Perpustakaan sedang sepi, dan hanya ada petugas Perpustakaan, jadi mereka lebih leluasa.
"Siapa nama kamu?" tanya Bu Herlina kepada Candra.
"Candra."
"Kelas berapa kamu?"
"Kelas 12 IPS 4."
"Kamu kelas 12, kok saya baru kali ini melihat kamu? Kamu murid baru?" Candra mengangguk.
Bu Herlina menggeleng. Masih murid baru, sudah melakukan hal tidak senonoh di sekolah kepada murid perempuannya.
"Nada, Ibu minta nomor ponsel orang tua kamu. Dan Candra, Ibu juga minta nomor ponsel orang tua kamuk" kata Bu Herlina sembari mengeluarkan ponselnya dari saku blezer yang dikenakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAD [Candrasa]
EspiritualSudah lengkap di Karyakarsa "Menikah muda untuk ibadah. Untuk menyempurnakan separuh agama. Bukan sekedar bermain cinta remaja." [Nonada Ambarawa] ®15+ [Banyak banget bahasa kasar, ambil positifnya saja, yang negatif jangan diambil] WARNING! Sudah b...