Bismillah. Untuk cerita lengkap sudah tersedia di Karya Karsa.
**Hari sabtu dan minggu adalah hari libur untuk SMA Nusantara. Dan sabtu pagi ini, Nada sudah menyelesaikan mencuci baju, menyapu, mengepel, serta membuat nasi goreng tanpa kecap serta dua gelas susu putih. Kini, Nada sedang membersihkan dapur setelah dia pakai.
Tak lama, Candra memasuki rumah dengan tubuh penuh keringat. Selepas subuh tadi, Candra langsung pergi jogging sambil mengelilingi wilayah komplek rumah dan sembari mengenal tetangga barunya.
''Wa'alaikumussalam." Nada melirik Candra yang baru saja memasuki rumah.
Tampak Candra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Cowok itu menghampiri meja makan dengan cengiran khasnya.
"Hehe, Assalamu'alaikum istri." Nada menatap Candra sekejap kemudian menunduk untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya.
"Kok enggak dijawab?" tanya Candra yang kini sudah duduk di meja makan.
"Aa- Wa'alaikumussalam." Candra hanya mengedikkan bahunya acuh saat melihat reaksi Nada yang tiba-tiba gugup. Kemudian menyantap nasi goreng tanpa kecap dan buatan Nada.
Nada menghampiri Candra dengan segelas teh hijau dan segelas air putih di tangannya.
"Nanti, Nada mau ke sekolahan. Ada mentoring sama Ustadzah Hafsah."
"Mentoring? Apaan?"
"Semacam kajian."
Candra mengangguk. "Ya udah, nanti gue anter."
"Beneran?" tanya Nada dengan senyumnya.
"Nggak, gue bohong," jawab Candra cuek. Membuat senyuman yang tadinya terlukis, luntur oleh perkataan Candra barusan.
Sedangkan Candra yang melihat raut ekspresi Nada penuh kekecewaan langsung terbahak.
"Sumpah ekspresi lo lucu banget!! Hahaa."
"Kok ketawa?"
"Abis lo lucu."
"Kan Nada lagi enggak ngelawak." Katanya polos.
"Duh Gusti, lo tuh polos banget jadi cewek, gue cuma bercanda. Gue mau nganterin ke sekolah. Gemes gue. Boleh cubit nggak??" tanya Candra dengan senyuman bandelnya.
"Hah? Cubit?" lagi-lagi Candra hanya mendengus setelah mendengar perkataan Nada yang sepertinya tidak mudeng dengan apa yang Candra katakan. Nada itu kadang jadi orang bijak, kadang jadi gadis kaku, kadang jadi gadis manis, tapi, kadang juga jadi gadis lemot.
"Udah nggak usah dibahas, lo makan aja biar jadi pinter." Setelah itu, Nada memilih memakan makannya.
*****
"Berhenti di sini aja." Candra tidak menghiraukan permintaan Nada untuk berhenti di pertigaan di mana dia biasa diturunkan.
"Nanti yang lain pada tahu, gimana?"
"Gue enggak keluar, jadi enggak ada yang tahu. Lo pulang jam berapa, nanti gue jemput."
"Ba'da dzuhur." Candra mengangguk.
Setelah sampai di depan gerbang sekolah, Candra langsung menghentikan lexus hitamnya. Saat Nada hendak keluar, Candra menarik lengan gadis itu. "Enggak mau pamitan sama suami?" tanya Candra dengan nada menggoda seperti biasanya.
Tanpa diminta, pipi Nada langsung merona. Candra berhasil membuat Nada kembali merasakan apa itu baper. Baper kepada suami sendiri tak apa kan?
Nada jadi ingat prosa yang pernah dia buat sendiri.
Ada yang berusaha melawan sebuah filosofi Jawa yang bunyinya witing tresna jalaran saka kulina. Ada yang berusaha membangun benteng setinggi mungkin untuk melawan sebuah rasa baper. Tapi, ada yang terus memanjat benteng itu, bahkan membobolnya secara paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAD [Candrasa]
SpiritualSudah lengkap di Karyakarsa "Menikah muda untuk ibadah. Untuk menyempurnakan separuh agama. Bukan sekedar bermain cinta remaja." [Nonada Ambarawa] ®15+ [Banyak banget bahasa kasar, ambil positifnya saja, yang negatif jangan diambil] WARNING! Sudah b...