31. Dua Orang Perempuan

9.7K 476 47
                                    

Bismillah.

Updatenya kecepeten atau kurang cepet?

Ada apa dengan "Dua Orang Perempuan?" :D

**

Suasana di dalam mobil begitu canggung. Tidak ada suara yang keluar dari mulut ketiganya. Hanya suara klakson mobil yang terdengar, karena sesekali Candra membunyikan klakson mobilnya. Nada sibuk dengan pikiran dan hatinya. Pikirannya menyuruh untuk berprasangka baik. Tetapi begitu kontradiksi dengan hati kecilnya yang begitu resah. Nada tidak tahu mengapa, tetapi mungkin ini yang dinamakan rasa takut kehilangan. Analogi hati dan otak yang sangat tidak berkesinambungan.

Bagai Romeo dan Juliet yang ingin bersama tetapi sangat ditentang oleh kedua keluarga. Jika nekat disatukan hanya akan menimbulkan bencana. Lantas, bagaimana dengan hati dan pikiran Nada yang ingin disatukan, tetapi kontradiksi dengan bagiannya masing-masing? Bencana apa yang akan terjadi saat pikiran dan hatinya dipaksa untuk menyatu?

"Gue laper, mau makan dulu nggak?" tanya Candra memecah keheningan.

"Boleh, gue juga laper," jawab Maghia.

"Nada?" tanya Candra melirik spion untuk melihat Nada karena gadis itu hanya diam saja sejak tadi di kursi belakang.

"Udah shalat dzuhur?" Nada balik bertanya. Candra terdiam. "Kalau belum shalat dulu," tambahnya.

"Belum," ucap Candra,"kalo gitu gue shalat dulu. Lo juga belum shalat kan?" tanya Candra tertuju pada Maghia.

"Em, gue lagi dapet. Jadi nggak shalat."

Setelah menepuh perjalan selama 10 menit, Candra menghentikan mobilnya di pelataran sebuah masjid. Sebelum keluar, Candra melirik Nada.

"Lo udah shalat?" tanyanya pada gadis itu. Nada mengangguk.

Kemudian, Candra keluar menuju masjid. Sepeninggal Candra, suasana mobil kembali pada keheningan. Nada bingung untuk memulai pembicaraan yang tepat dengan sepupu suaminya ini. Sebab Nada dan Maghia sangat berbeda.

"Nada," panggil Maghia, membuat Nada memalingkan wajahnya pada Maghia. Pada akhirnya, Maghia yang bersuara.

"Apa lo menerima Candra sebagai suami lo?" tanya gadis berambut ombre itu dengan pandangan menelisik.

Nada mengernyit. "Dia suami aku, sudah sepantasnya aku menerima Candra bagaimanapun keadaannya," jawab gadis berkerudung abu itu dengan lembut.

Maghia mendengus. "Gue anggap jawaban lo, iya." Nada diam tidak merespon, tetapi dia menunggu Maghia kembali berbicara. Nada menebak-nebak, sebenarnya apa tujuan Maghia menanyakan tentang perasaannya.

"Apa lo cinta sama Candra?" Maghia menatap lekat kedua mata Nada.

"Apa setiap perasaan yang aku punya harus diketahui setiap orang? Aku rasa itu tidak perlu, Maghia." Maghia tampak tidak suka mendengar jawaban Nada barusan. Keduanya kembali terdiam dengan pikiran masing-masing. Hingga Candra kembali memasuki mobil, dan menjalankannya menuju sebuah tempat makan.

Baru keluar dari pelataran masjid, netra hitam Candra melihat sosok gadis yang amat dia kenal. Gadis berambut sebahu yang tengah diganggu dua orang laki-laki tak dikenal. Candra langsung menghentikan mobilnya, kemudian keluar dari mobil dengan tergesa untuk menolong gadis itu.

"ALENA!!" panggilnya sembari berlari menuju gadis itu.

"Jangan gangguin cewek!! Kalo lo berdua laki, jangan macem-macem sama cewek, bangsat!!" Candra mendesis, menatap tajam kedua laki-laki berbadan besar tersebut di hadapannya.

"Nggak usah ikut campur lo, bocah pulang aja sono!!" ucap salah satu dari mereka, mengusir Candra. Wajah mereka memerah menahan amarah. Tak jauh berbeda dengan Candra.

AKAD [Candrasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang