Ada potongan harga novel Akad. Harga aslinya 100k jadi 50k, tapi belum termasuk ongkir.
Buat yang mau beli atau tanya-tanya bisa hubungi nomor tertera ya.
0897-5758-096
Pembayaran bisa melalui rekening BRI, Shopeepay, DANA.***
Sebuah mobil BMW hitam memasuki pekarangan rumah sederhana dengan beberapa tanaman hias di halaman mini rumah itu. Dan disusul oleh motor trail di belakangnya. Mereka adalah keluarga Kumara. Setelah kedua orang tua Candra turun dari mobil, Candra membuka helmnya, lalu turun dari motor, dan menghampiri kedua orang tuanya.
"Rumahnya bagus, ya, Pa. Kalo kata Mama sih, manis." Mereka mamandang pintu rumah yang tiba-tiba terbuka menampakkan seorang laki-laki paruh baya yang seumuran dengan Hendra. Ayah Nada, namanya Indra. Lelaki paruh baya itu tersenyum, lalu menghampiri keluarga Hendra, dan menyalaminya.
"Ini Candra?" tanyanya.
Candra mengangguk. "Iya, Om," katanya sambil tersenyum.
"Mari masuk." Setalah itu mereka memasuki rumah minimalis tersebut. "Maaf ya, rumahnya kecil."
"Santai aja, aku juga udah beberapa kali ke sini," ujar Hendra. Mereka tertawa.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam," jawab orang yang ada di dalam.
"Lebih baik kita makan malam dulu, Nada sama Ibunya sudah memasak banyak makanan." Indra mengajak mereka ke ruang makan.
"Yah, jadi ngerepotin, kan. Tapi kebetulan, aku juga belum makan, hahaa." Mendengar penuturan suaminya, Felia mencubit perut suaminya itu, karena bersikap memalukan. Seperti tidak dikasih makan saja.
Mata Candra mencari sosok perempuan muda. Yang dia lihat hanya seorang wanita paruh baya yang sedang membawa beberapa gelas di nampan, serta seorang laki-laki muda yang sedang duduk di salah satu bangku di meja makan sambil memainkan ponselnya.
"Bangkit, salim!" Indra memerintahkan laki-laki muda tadi untuk menyalami mereka, yang ternyata namanya Bangkit. "Dia adiknya Nada, masih kelas dua SMP," ucap Indra mengenalkan, sedangkan bocah laki-laki itu langsung menyalami tangan Hendra serta Felia.
Saat akan menyalami dan mencium tangan Candra, Candra langsung merangkulnya, lalu berbisik. "Calon adik ipar." Membuat Bangkit hanya tersenyum. Tadinya, Bangkit kira, calon kakak iparnya tidak akan bersikap ramah tamah, ternyata dia salah. Mungkin, nanti mereka bisa berteman baik."Udah banyak cewek, pasti, kan?" Candra menggoda Bangkit dengan bisikan.
Bangkit menggeleng. "Nggak boleh, Bang, sama Mbak Nada." Candra hanya terkekeh.
"Kalo Nadanya mana?" tanya Felia. Ulfa tersenyum melihat calon besannya yang tidak sabar untuk bertemu Nada.
"Dia lagi di kamar mandi, sebentar lagi kemari," jawab Ulfa dengan senyum lebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAD [Candrasa]
SpiritualSudah lengkap di Karyakarsa "Menikah muda untuk ibadah. Untuk menyempurnakan separuh agama. Bukan sekedar bermain cinta remaja." [Nonada Ambarawa] ®15+ [Banyak banget bahasa kasar, ambil positifnya saja, yang negatif jangan diambil] WARNING! Sudah b...