Candra baru saja keluar dari kamarnya, hendak menuju ruang tamu. Di sana ada Hendra dan Felia yang sudah rapi. Candra Berjalan menuruni anak tangga sambil fokusnya pada gawai di genggamannya. Candra mengirim pesan ke grup chat Anjaya, jika hari ini dia tidak bisa datang berkumpul. Lagi-lagi, semua teman-temannya harus menelan kekecewaan.
Anjaya
Ibnu:
Cand, gimane oy? Jadi kagak?Udin:
Abwang, jd kagak neh. Mo kumpul dimana?Tiar:
Najis, udin, udik.Candra:
Sori, hari ini gk bisa prgi. Asli sibuk. Tunda dulu dah.Tiar:
Anjir, kenapa emg?Udin:
Lah, kok gitu bos. Nanti gw kangen huhuTiar:
Jigong lu, geli gwBarra:
Kampret, gua dah mo siap2 nehCandra:
Sori deh, urusannya mendadak. Gak bisa ditunda. Antara urip karo mati :3Udin:
Njir, bahasa mana tuh :3 btw urusan apaan bos?Ibnu:
Kampret, bahasa daerahnya muncul cin :vRezza:
Urusan naon tah bos?Candra:
Urusan.Tiar:
Eh botcah, di simak baek-baek ngelunjak lo ya -__-Udin:
Mo kawin kali dia.Candra:
bd mtMelihat pesan dari teman-temannya, Candra tersedak ludahnya sendiri. Bagaimana Udin bisa berpikiran seperti itu? Dan sialnya, tebakan Udin sangat tepat sasaran.
"Anjir, kok tebakannya kena," gerutu Candra.
"Candra! Buruan! Jangan main Hape terus!!" Felia berteriak, padahal Candra sudah dekat dengannya. Candra yang mendengar omelan mamanya, langsung memasukkan ponselnya ke saku celana bahan yang dia kenakan.
Candra menggerutu sebal karena Felia menyuruhnya menggunakan kemeja biru polos. Rasanya tangannya gatal dan risih menggunakan pakaian lengan panjang yang satu ini. Pengecualian untuk jaket dan boomber. Itu lain lagi.
"Iya, Ma." Candra menghampiri kedua orang tuanya.
"Kali ini berangkat sama kami, naik mobil," ucap Hendra datar dan tenang. Candra heran, Papanya ini datar, tapi di sisi lain, sifat hangatnya juga akan keluar sewaktu-waktu. Mungkin, kini papanya masih marah pada Candra.
Sedangkan di sisi lain, Nada tengah berkutat di dapur membantu Bundanya memasak sarapan. Hari sabtu, jika biasanya dia akan pergi mentoring bersama Ustadzah Hafsah, tapi hari ini dia tidak pergi. Ayahnya meminta Nada untuk tetap tinggal di rumah. Entah akan ada siapa lagi yang datang.
"Nad," panggil Bundanya tiba-tiba.
"Kenapa, Bun?" tanya Nada menatap Bundanya yang sepertinya sedang ingin mengatakan sesuatu, namun terlihat ragu-ragu.
"Kamu bersih-bersih, terus mandi sana!" akhirnya hanya kalimat itu yang terlontar dari Bundanya. Nada mengangguk, lantas hendak berjalan meninggalkan dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAD [Candrasa]
SpiritualSudah lengkap di Karyakarsa "Menikah muda untuk ibadah. Untuk menyempurnakan separuh agama. Bukan sekedar bermain cinta remaja." [Nonada Ambarawa] ®15+ [Banyak banget bahasa kasar, ambil positifnya saja, yang negatif jangan diambil] WARNING! Sudah b...