7. Lo Dapat Salam Dari Mama

11.7K 519 34
                                    

Ada potongan harga novel Akad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada potongan harga novel Akad. Harga aslinya 100k jadi 50k, tapi belum termasuk ongkir.
Buat yang mau beli atau tanya-tanya bisa hubungi nomor tertera ya.
0897-5758-096
Pembayaran bisa melalui rekening BRI, Shopeepay, DANA.

***

"Papa saranin, mulai nanti sore kamu ngaji, buat hafalan mahar kamu. Kamu habis sekolah langsung pulang, nanti Papa bilang sama Ustadz Fakih biar mau bantu kamu ngaji. Kamu tau kan, Ustadz Fakih?" tanya Hendra yang diangguki oleh Candra dengan lesu.

"Nada memang hebat, disaat zaman sekarang hampir semua wanita di dunia ini meminta uang dan perhiasan, tetapi gadis itu hanya meminta hafalan surah Ar-Rahman." Hendra berdecak kagum saat seluruh keluarga sedang berada di meja makan, untuk sarapan. Felia tersenyum juga. Bangga kepada Nada.

"Papa bilang hanya?!" tanya Candra frustasi. Pagi-pagi begini Papanya sudah membahas hal yang dapat membuat mood-nya anjlok seketika.

"Pa, kenapa Papa enggak ngajuin mahar sendiri sih? Biar Candra kasih apa adanya, enggak usah pake hafalan segala." Candra mendengus.

"Sudah, makanannya cepat dihabiskan, lalu berangkat sekolah. Oh iya, jangan lupa kasih salam buat Nada kalo kamu ketemu sama dia, ya?" Candra hanya mengangguk dan bergumam sebal.

Di sekolah, Candra tidak langsung masuk ke kelas, melainkan pergi ke kantin. Mulutnya sangat asam, sudah beberapa hari ini dia tidak merokok, karena selalu ada hal yang menghambatnya. Candra mengeluarkan bungkus rokok berwarna putih, serta pematiknya, lalu menyalakannya dengan santai. Suasana kantin masih sedikit sepi, hanya ada para penjual dan beberapa murid yang akan sarapan, jika paginya tidak sarapan di rumah. Candra menghembuskan asap rokoknya dengan santai dan tenang, tanpa takut akan ketahuan oleh guru.

"Woy, bro!" tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang, tak lama orang itu duduk di sampingnya. "Wah, pagi-pagi udah nyebat bae," ucap Jen, lalu di belakangnya di susul oleh Danur dan Malik.

"Sepet mulut gue, udah beberapa hari enggak ngerokok," kekehnya.

"Gue baru tahu kalau lo ngudud," kata Danur pelan lalu duduk di hadapan mereka, dan Malik yang duduk bersisihan di samping cowok itu, menatap Candra dengan datar. Teman satu meja Candra itu juga seorang perokok, tetapi dia tidak berani jika merokok di area sekolah.

"Gue suka ngrokok dari kelas 8," ujar Candra dengan enteng.

"Wah, gue juga kadang ngudud kalo lagi suntuk. Satu dong, hehe," pinta Danur dengan seringaiannya. Candra memberikan bungkus rokok serta pematiknya.

"Oh iya, ngomong-ngomong, kemarin gimana lanjutannya sama si Tama?" tanya Jen.

"Males gue ngomongin dia. Oh iya, ngomong-ngomong, Petra sama Teri kok belum ada? Mereka belum berangkat?" tanya Candra, yang belum tahu kebiasaan dua bersaudara tak identik itu.

"Lo belum tahu aja, mereka itu hobinya telat, kalau gerbang udah ditutup, baru dateng mereka, malah pernah mereka berdua dateng jam 9. Gila, gue ngakak kalo inget itu, mereka sampe dihukum buat bersisihin toilet cewek," kata Danur dengan gelak tawanya. Candra juga ikut tertawa bersama dengan Jen, tetapi tidak dengan Malik. Entah, mungkin cowok kaku itu tidak memiliki selera humor seperti teman-temannya. Candra sendiri bingung.

AKAD [Candrasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang