Sakinah; tenang, tentram.
Mawadah; cinta, harapan.
Wa Rahmah; dan kasih sayang.
**"قَبِلْتُ نِكَاحَهَا وَتَزْوِيـْجَهَا بِالْمَهْرِالْمَذ ْكُوْرِ نَـقْدًا"
**
Bismillah.
"Saya terima nikah dan kawinnya Nonada Ambarawa binti Indrawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Bagaimana saksi? Sah?"
"SAH!"
"Alhamdulillah."
Suara orang-orang yang ada di dalam masjid menggema dengan bersamaan mengucap kata 'sah'. Dan dari mereka juga, ucapan penuh syukur terucap. Tak lama setelah itu, sang mempelai wanita memasuki area masjid, menghampiri sang mempelai pria yang masih duduk di depan ayah gadis tersebut. Kedua mempelai itu adalah Candra dan Nada.
Nada duduk di samping Candra, meremas tangannya sendiri dengan gemetar karena gugup. Lantas mencium punggung tangan Candra dengan ragu-ragu, yang kini telah resmi menjadi suaminya. Rasanya sangat aneh, karena setelah sekian lama dia tidak pernah bersentuhan dengan lawan jenis kecuali ayah dan adiknya. Candra memasangkan cincin emas putih pada jari manis Nada. Setelahnya, tidak ada acara Candra yang mencium kening Nada atau pun yang lainnya.
Tidak banyak yang hadir di sana. Hanya beberapa kerabat Nada dan juga Candra. Ustadz Fakih dan Baiq juga turut serta hadir di sana. Setelah acaranya selesai, mereka melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah di masjid agung tersebut.
Akad yang berarti perjanjian.
Kini, Nada adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Candra. Dan Candra benci mengakui itu. Meskipun Candra merasa tertarik kepada gadis itu, tetapi, dia masih belum siap jika harus menanggung tanggung jawab sebesar itu. Usianya masih 18 tahun. Dia masih butuh bersenang-senang, dia masih butuh jalan-jalan bersama teman-temannya. Tetapi, karena pernikahan ini, Candra tidak bisa lagi seperti dulu. Candra merasa tertekan dengan pernikahan ini.
Entah mengapa Candra memikirkan itu semua. Padahal, niat awal Candra menikahi Nada adalah untuk menghindari segala omelan dan kekangan orang tuanya, agar dia bebas melakukan apapun. Tetapi, setelah dia paham betul apa itu akad, apa itu ijab qobul, dia benar-benar merasa bimbang akan semua ini. Dia bukan tipe orang yang tidak bertanggung jawab, dan dia tidak ingin melalaikan tanggung jawabnya begitu saja. Dalam shalatnya, Candra berdoa, semoga pernikahan yang tidak pernah dia impikan sebelumnya, bisa Candra lalui dengan baik. Nada gadis yang baik lagi taat kepada agama. Candra juga kasihan kepada gadis itu, yang sudah harus menikah di usianya yang bahkan baru menginjak 17 tahun.
Usai sholat, Candra menghampiri Ustadz Fakih dan Baiq. Candra mengenalkan Nada kepada mereka.
"Apa kabar, Ustadz?" tanya Candra sambil menyalami Ustadz Fakih dan Baiq, sedangkan Nada menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
"Kabar saya baik. Alhamdulillah, karena sekarang, kalian telah menjadi pasangan halal. Semoga pernikahan kalian selalu dalam ridho dan perlindungan Allah SWT." Ustadz Fakih mendoakan.
"Aamiin, Ustadz. Terima kasih atas doanya, dan terima kasih telah datang menghadiri pernikahan Candra." Ustadz Fakih mengangguk.
"Baiq, kapan lo nyusul?" tanya Candra bercanda, dengan nada gurauan. Sedangkan Baiq hanya terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAD [Candrasa]
SpiritualSudah lengkap di Karyakarsa "Menikah muda untuk ibadah. Untuk menyempurnakan separuh agama. Bukan sekedar bermain cinta remaja." [Nonada Ambarawa] ®15+ [Banyak banget bahasa kasar, ambil positifnya saja, yang negatif jangan diambil] WARNING! Sudah b...