10. Baiq

10K 530 26
                                    


          Saat mata pelajaran terakhir, kelas Candra jam kosong, membuat suasana kelas sangat ramai. Guru-guru sedang rapat membicarakan kelas 12 yang sebentar lagi akan melaksanakan Ujian Nasional. Di dalam kelas, gerombolan Candra tidak di sana, melainkan mereka sedang berada di kantin. Ada Candra yang sedang merokok, begitu juga Teri, dan Jen. Jen menghisap asapnya dengan begitu rakus, seolah sudah tidak ada lagi rokok di dunia ini.

          "Si Kanibal, nggak nyebat, lo?" Candra bertanya kepada Malik.

          "Nggak level."

          "Whooaah." Mereka bersorak mendengar jawaban Malik barusan. Candra melirik Jen. Cowok itu mungkin masih marah kepadanya hingga sampai saat ini enggan menatapnya atau pun bicara kepadanya.

          "Gue mau cerita sama lo semua," Candra berucap sembari mematikan rokoknya, lalu menggilesnya di asbak.

          "Cerita tentang kisah kita, yee?" Petra menceletuk asal.

          "Ngaco! Gue mau serius nih!"

          "Jiah, mau dong diseriusin." Kini Danur yang menyahut, membuat mereka semua mendengus.

          "Jijik Mas, aku jijik sama kamu." Candra berucap sembari mengikuti gaya yang kini sedang sangat tren, di film Orang Ketiga.

          "Najis, Can. Korban film, lo?" Teri berucap, serasa ingin muntah. Dia bergidik, semua temannya gila.

          "Korban meme. Oh iya, back to topic. Lo semua harus dengerin gue ngomog, kalau nggak, lo nyesel. Terutama lo," Candra menunjuk Jen yang tatapannya entah terarah kemana. Seolah tidak mau menatap Candra. Semua memandang Candra dan Jen bergantian.

          "Sebenarnya, gue mantannya Alena," ucapnya mantap. Semuanya diam, termasuk Jen, yang kini sudah menatap Candra.

          "Dan, tadi, gue jalan sama dia, bukan karena apa-apa, tapi karena murni kita ketemu di jalan, terus ya kita jalan bareng aja. Tapi, sumpah demi apa pun, gue udah nggak ada hubungan sama dia. Gue udah nggak ada rasa sama dia. Sueer." Candra mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan membentuk huruf V.

          "Wow, kenyataan yang baru gue tahu. Atau jangan-jangan, cuma lo satu-satunya cowok yang buat dia nggak bisa move on?" Danur bersorak heboh.

          "Gue nggak tahu, tapi yang pasti, sekarang gue udah nggak ada rasa sama dia. Gue cerita begini sama kalian, karena gue rasa, kalian mesti tahu, karena sekarang dan seterusnya, kalian akan tetap jadi teman-teman gue."

          "Terus maksud lo jalan sama dia, itu biar tumbuh benih-benih cinta lagi sama dia? Biar lo balikan sama dia?" Jen bertanya sarkas.

          "Kok lo ngomong gitu? Mana mungkin gue kaya gitu, saat di satu sisi gue tahu, kalau lo suka sama Alena. Gue nggak mau jadi teman yang mau nusuk teman sendiri dari belakang. Bukan tipe gue." Candra berucap dengan meletup-letup.

          "Apa buktinya biar gue percaya?" Jen bicara menantang.

          Candra menghela napas pelan, bingung ingin menjawab apa. Tetapi, entah kenapa, tiba-tiba Nada terlintas di pikirannya, "Karena sekarang gue suka sama Nada," ujarnya diplomatis. Membuat semuanya tercengang, tak terkecuali Malik yang kini sudah mengepalkan tangannya. Entah kenapa cowok keturunan Batak Karo itu melakukan hal tersebut.

          "Elo, yakin suka sama Nada?" tanya Petra dengan sedikit tidak yakin.

          Candra mengangguk lalu berkata, "Gue suka sama Nada."

AKAD [Candrasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang