Bel pulang sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Kini, Candra bersama teman-temannya berjalan menuju parkiran. Banyak siswi yang menatap mereka dengan tatapan memuja. Banyak para siswi yang biasanya menyebut mereka dengan komplotan para cogan. Ditambah lagi, kini ada personil baru, yaitu Candra. Tambah satu lagi koleksi cogan di SMA Nusantara. Meskipun komplotan cogan tersebut terkenal sebagai tukang rusuh, tukang pelanggar tata tertib dan pelanggaran lainnya, tak bisa dipungkiri jika mereka tetaplah para lelaki tampan.
Mungkin, kalimat 'Cogan mah bebas,' cocok untuk mereka.
Saat akan menaiki motor trailnya, tiba-tiba getaran ponsel di saku celana Candra bergetar tanda ada panggilan masuk. Candra mengambilnya, dan melihat siapa yang menelepon. Di sana tertera nama Jigong. Candra berdecih, untuk apa Tama meneleponnya. Ya, Jigong adalah Tama. Malas jika Candra harus menamainya dengan nama asli cowok tukang rusuh itu. Bahkan dia sangat malas untuk menyimpan nomor cowok tukang rusuh itu.
Akhirnya Candra menggeser ke tombol hijau.
"Halo," ucap Candra ogah-ogahan. Sementara teman-temannya yang sudah naik motor menunggu Candra dan memperhatikan cowok itu.
"Ke sirkuit biasa, cepetan! Gue tunggu."
"Ngapain lo nyuruh-nyuruh? Males banget. Lo kira lo siapa nyuruh-nyuruh gue?"
"Gue nantang lo buat balap, bangsat! Elo nggak datang sekarang juga, lo, cupu! Anak emak! Nyusu bae, lo sana!" Candra menggeram, saat setelah Tama mengatakan itu, cowok itu langsung memutuskan sambungan teleponnya, membuat Candra rasanya ingin membunuh cowok itu sekarang juga. Berani-beraninya Tama mengatai Candra. Tangan Candra mengepal sangat kuat. Jika di depannya ada Tama, saat itu juga Candra akan memukul cowok itu, menghabisinya sekarang juga. Bahkan memutilasinya hidup-hidup sepertinya lebih menarik.
"Anjing!" umpatnya.
"Kenapa, Can?" tanya Teri saat melihat Candra menggeram marah. Candra memandang Teri dengan pandangan marah.
"Si kucrut itu nantang gue balap di sirkuit, anjing si Jigong! Gue mau ke sirkuit sekarang juga," kata Candra dengan meletup-letup.
"Siapa si kucrut? Siapa si Jigong?" tanya Petra dengan tampangnya yang menyebalkan. Tanpa menjawab, Candra langsung menaiki motor trailnya, lantas langsung melajukannya dengan kecepatan tinggi.
Dasar Tama, bisanya hanya membuat orang lain marah, bisanya hanya membuat orang lain kesal.
Sementara Teri, Petra, Danur, Jen, dan Malik mengikuti Candra dari belakang. Danur berdecak. "Gila tuh cowok, bawa motor kayak orang kesetanan, anjir!"
Sesampainya di sirkuit, ternyata sudah ada anak-anak Anjaya dan juga antek-anteknya Tama. Tiar menghampiri Candra.
"Gila tuh cowok, lo harus lihat ini!" Tiar menyerahkan ponselnya, menunjukkan sebuah video. Candra tambah terbakar amarahnya karena melihat video tersebut. Di video itu, Tama dan antek-anteknya membakar boomber kebanggaan Anjaya. Entah dari mana Tama mendapatkan boomber tersebut.
"BANGSAT! SETAN ALAS!" Candra langsung menghampiri Tama. Cowok itu sedang menatap Candra dengan pandangan remeh. Di samping cowok itu juga ada Xeon yang menatap Candra dengan sengit. Candra tambah menggeram kesal dan marah.
"MAKSUD LO APA BANGSAT?!!! MAU LO APA HAH?!!" teriak Candra sambil memegang kerah baju sekolah Tama dengan sangat kencang.
Tama memandang Candra dengan tatapan mengejek. "Gue? Cuma mau balapan sama lo. Seberapa hebatnya lo, sampai bisa jadi ketua Anjaya," ucap Tama dengan santai dan meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAD [Candrasa]
SpiritualSudah lengkap di Karyakarsa "Menikah muda untuk ibadah. Untuk menyempurnakan separuh agama. Bukan sekedar bermain cinta remaja." [Nonada Ambarawa] ®15+ [Banyak banget bahasa kasar, ambil positifnya saja, yang negatif jangan diambil] WARNING! Sudah b...