Candra berdecak untuk yang kesekian kalinya. Cowok beriris gelap itu menatap tajam gawai di tangannya. Saat baru saja membuka ponsel, Candra langsung mendapati postingan seseorang yang entah siapa. Postingan video itu merupakan video saat Candra bertengkar dengan Tama tadi sore di depan gerbang sekolahnya.
Ini yang dinamakan wabah. Berita menyebar begitu cepat, bahkan seperti virus yang berkembang biak dengan begitu banyaknya.
Mungkin, sekarang satu sekolah barunya sudah tahu berita tersebut. Dan untuk yang kesekian kalinya, Candra berdecak malas.
Saat Candra hendak bangkit dari sofa yang didudukinya, tiba-tiba semua cahaya di ruang tamu itu menjadi gelap gulita. Jantung Candra berdetak begitu cepat. Dadanya langsung sesak saat kondisi gelap, oksigen di paru-parunya seperti akan habis ditelan gulita.
"Nada!" panggilnya menggema ke seluruh ruangan. Akan tetapi tidak ada sahutan dari si empunya nama.
"NADA!" kini, suaranya menggema ke seisi rumah.
Tak lama, Nada datang dengan lilin di tangannya. Candra bernafas lega saat melihat gadis berkerudung lebar itu menghampirinya.
"Kenapa?" tanya Nada.
"Mati listrik. Dan gue laper."
"Mau makan apa?" tanya gadis itu lagi.
"Nasi goreng. Tapi jangan pake kecap."
"Tunggu sebentar." Nada hendak berlalu ke dapur, akan tetapi tangannya ditarik oleh Candra, membuat Nada berbalik menatap cowok itu dalam cahaya remang-remang lilin.
"Lilinnya jangan dibawa!" Nada mengernyit.
"Kenapa? Kan gelap."
"Gue juga gelap."
"Kan bisa pake senter di hape?"
Candra menepuk jidatnya, kenapa dalam keadaan seperti ini, otaknya buntu tidak dapat berpikir jernih. Bahkan dia lupa jika saat ini sedang memegang ponselnya.
"Yaudah sana masak!" Candra mendengus, lantas kembali duduk di sofa menunggu Nada memasak, dan menyalakan senter di ponselnya.
Tak berapa lama, Nada datang membawa nampan berisi sepiring nasi goreng yang masih mengepulkan asapnya, satu gelas air putih, dan dua buah lilin berwarna di atasnya. Candra menatap wajah Nada yang kian membuatnya tersenyum karena wajah cantik istrinya terkena cahaya remang lilin. Jika Candra pikir-pikir, suasananya begitu romantis. Nada si gadis kaku, dan suasana yang romantis, sepertinya akan sulit untuk menyatu.
Nada meletakkan nampannya di hadapan Candra, lantas kembali pergi.
"Mau kemana?" tanya Candra, menghentikan langkah Nada.
"Mau tidur."
"Temenin gue makan!" Tanpa berkata apapun lagi, Nada duduk di sofa seberang Candra.
Candra mulai memakannya dengan diam. Nada hanya memperhatikan cowok itu tanpa suara.
"Elo udah makan?" tanya Candra yang hanya diangguki oleh Nada.
"Tadi, waktu lo pulang duluan, pergi ke mana dulu? Kok di rumah enggak ada?" tanya Candra saat makannya sudah tertelan.
"Aku kan jalan kaki, jadi lama sampai di rumahnya." Candra melotot.
"Sumpah lo pulang jalan kaki?!" hampir saja dia tersedak kunyahannya sendiri.
"Iya," jawab Nada disertai anggukkan.
"Kok lo enggak bilang sih? Nanti kalau Mama, Papa sama orang tua lo tahu gimana?! Nanti gue yang kena omelan mereka!" gertak Candra kesal. Nada menunduk dan diam, membuat Candra jadi merasa bersalah.
"Lo kan bisa naik taksi atau ojek. Jadi, plis jangan pulang jalan kaki!" ucap Candra, yang kini mulai melebutkan intonasi bicaranya.
"Aku enggak ada ongkos." Dan untuk yang kedua kalinya, Candra menepuk jidatnya.
"Kenapa lo enggak bilang sih, Nada??" Candra geregetan sendiri. Rasanya dia ingin mencubit pipi gadis itu.
"Maaf," cicitnya.
"Jangan diulangi lagi!" Nada mengangguk menanggapinya.
"Oh iya, kalau Tama gangguin lo, jangan diladenin, pergi aja dari itu cowok. Dia cuma bisa buat masalah."
Nada mengangguk. "Lagian, aku enggak ada hak untuk meladeni dia."
"Maksudnya?"
"Karena ada seseorang yang lebih berhak aku ladeni." Candra mengangkat kepalanya dengan tegang, menatap Nada. Gadis itu juga tengah menatap Candra. Sungguh, Nada mampu membuat hati Candra jungkir balik. Nada memang gadis kaku, tapi dia manis. Nada memang irit bicara, tapi tindakannya tak terduga dan membuat orang yang melihatnya ikut terpana.
Setelah perkataan Nada tadi, suasana kembali hening dan canggung. Candra dengan cepat menghabiskan makannya.
Nada dan Candra berjalan memasuki kamar mereka. Mereka memang tidur dalam satu ruangan, tetapi tidak dengan satu ranjang.
"Nada. Sini." Candra melambaikan tangannya, menepuk sisi kosong di kasurnya. Tanpa berkata apapun, Nada menghampiri Candra dan duduk di sana.
"Tidur di sini?" tanya Nada.
"Kalo lo mau, juga boleh, gue enggak maksa." Ucapan Candra tadi membuat Nada ragu.
"Aku tidur di sofa aja," ucap Nada.
Candra menghela napas. "Udah, lo tidur di sini aja. Enggak enak tidur di sofa setiap hari."
"Nggak apa-apa?"
"Enggak. Ini juga hak lo," jar Candra disertai senyuman yang menurut Nada tulus.
Dan dengan sedikit ragu-ragu, Nada mulai membaringkan tubuhnya di samping Candra. Lama suasana hening, padahal mereka sama-sama belum tertidur. Nada mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping menghadap Candra.
"Aku, mau tanya sesuatu," kata Nada memecah keheningan.
Candra juga ikut menyamping menghadap Nada. "Tanya aja."
Dua pasang mata itu saling memandang dalam remang cahaya lilin, menyelami satu sama lain. Seolah ada sesuatu yang membuncah yang ingin mereka sampaikan.
"Dari kemarin sampai tadi siang, kamu kenapa? Marah sama Nada?" tanya Nada sedikit berbisik. Candra yang mendengar pertanyaan seperti itu, kembali merentangkan tubuhnya menjadi terlentang, dan menyilangkan kedua lengannya di bawah kepala.
"Gue nggak marah."
"Tapi kamu diam dan cuek sama Nada," cicit gadis itu. Entah kemana perginya sikap kaku gadis itu saat ini hingga mampu berkata demikian, dan memulai topik pembicaraan dahulu.
"Gue enggak marah sama lo. Cuma mood gue yang lagi nggak baik," ucap Candra.
"Tapi, kenapa?"
"Tidur, Nada. Udah malem." Setelah mengatakan itu, Candra memejamkan matanya dan merubah posisinya memunggungi Nada. Sedangkan Nada, merasa tertolak. Apa yang sudah Nada lakukan sebenarnya, sehingga Candra mendiamkannya?
Gadis itu juga ikut membalikkan tubuhnya, memunggungi Candra.
Saat sudah terdengar dengkuran halus, dan deru nafas yang teratur, Candra membalikkan tubuhnya menghadap Nada.
"Sleep well, Nada. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT."
**
Minggu, 15 Desember 2019
Now on re-publish.Maaf, yang di Wattpad belum revisi, masih acak-acakan, banyak typo dan sebagainya. Untuk bacaan yang lebih tapi, bisa melipir ke Karya Karsa.
Username : Windiisna
SEBERAPA GEMES KALIAN SAMA CHAPTER INI?
SEBERAPA KESEL KALIAN SAMA CHAPTER INI?
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAD [Candrasa]
SpiritualSudah lengkap di Karyakarsa "Menikah muda untuk ibadah. Untuk menyempurnakan separuh agama. Bukan sekedar bermain cinta remaja." [Nonada Ambarawa] ®15+ [Banyak banget bahasa kasar, ambil positifnya saja, yang negatif jangan diambil] WARNING! Sudah b...